Sabtu, 27 April 2013

Mendongkel Yesus dari Tahtanya, Upaya Mutahir untuk Menjungkirbalikkan Iman Gereja Mengenai Yesus Kristus



Darrel L. Bock & Daniel B. Wallace, Mendongkel Yesus dari Tahtanya, Upaya Mutahir untuk Menjungkirbalikkan Iman Gereja Mengenai Yesus Kristus, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2009

Pandangan umum  1:
Bermacam Gambaran Yesus dalam Yesusanitas

Dalam dekade terakhir ada bebarapa pandangan tentang Yesus. Yesus sebagai tokoh bijaksana atau seorang nabi, tatapi benarkah gambaran tersebut menggambarkan yang sesungguhnya dari Yesus.
E.P. Sander pada tahun 1985 yang menulis buku Jesus and Judaism yang menyatakan bahwa Yesus adalah nabi pemulihan bagi Israel dan bukan  juru selamat selain tidak membawa pewahyuan yang baru juga karena kedatangannya untuk mempersiapkan jalan bagi era baru. Karya Sander ini sering dinamakan Yesus ‘eskatologis’.
Burton pada tahun 1988 dalam bukunya A Myth of Innocence: Mark and Christian Origins.  Dalam buku ini menghubungkan Yesus dengan ajaran Yahudi dan Hellenisne. Q adalah sumber ajaran Yesus yang tumbuh bertahap. Yesus adalah guru hikmat dan gereja kemudian menambahkan unsur eskatologi.
Elisabeth Schussler Fiorenza tahun 1983 dalam bukunya In Memory of Her, Yesus digambarkan sebagai seorang yang egaliter dan anti patriarkal. Warisan yesus adalah perumpamaan dan perkataan yang tepat sasaran. Yesus adalah anak dari ilahi yang bersifat feminin.
Richard Horsley  tahun 1987 dalam bukunya Jesus and the spiral of violence menekankan yesus sebagai nabi yang mewakili dan menjadi suara bagi masyarakat petani yang miskin di pedesaan dan melawan orang kaya di kota.
Marcus Borg  dalam bukunya Conflict, Holiness and Politics in Teachings of Jesus (1984) dan Jesus: A New Vision (1987) Yesus adalah tokoh visioner  dan spiritual, kombinasi antara guru dan nabi sosial.
John Dominic Crossan menulis banyak buku, mengklaimm bahwa hampir separuh dari perkataan Yesus dalam Injil sebenarnya tidak diucapkan oleh Yesus. Karya utamanya The Historical Jesus: The Life of a Mediterranenan Jewish Peasant. Yesus digambarkan sebagai pemimpin dan guru dengan vis sosial yang menantang struktur otoritas dan meminta kita berpikir secara berbeda mengenai sesama dan siapa yang diberkati Tuhan.
Dua Pandangan Lain Dalam Spektrum Yesusanitas
            Ben Meyer, N.T. Wright dan Paula Fredriksen dalam pandangan mereka menentang Yesus hanya sebagai tokoh visioner sosial, nabi dan guru bijaksana dan percaya Yesus berkaitan dengan berita mesianik. Pendapat mereka yang lain, Yesus disalah mengertikan murid-muridnya/ orang terdekatnya. Dengan kata lain muridnya mengingatkan Yesus sebagai pribadi yang tidak pernah terus terang tentang yang diklaimNya.
Peran Temuan Arkeologi dan Injil-Injil Lain
            Penemuan di Nag Hammadi tahun 1945 mencakup banyak manuskri dari abad kedua dan ketiga yang berisi Injil-injil yang hanya sebelumnya kita ketahui dari Bapa Gereja di abad kedua sampai abad keempat. Manuskrip yang dipermasalahkan adalah Injil Tomas dan Injil Yudas. Elaine Pagels dari Princeton, Karen King dari Harvard dan Barr Ehrman dari Chapel Hill. Ada yang meminta agar sejarah awal kristianitas direvisi.
            Yang menjadi pertanyaan mengapa potret Yesus versi Yesusanitas semakin populer? Salah satu penyebabnya buku-buku tentang Yesus dari versi Yesusanitas membanjiri publik mulai tahun 1980. Dan studi mengenai Yesus telah menjadi industr yang berkembang. Bahkan menjadi buku non fiksi terlaris New York Times.

Beberapa Penyebab Popularitas Yesusanitas
            Ada 14 faktor yang menyebabkan sebaian faktor lama dan sebagian faktor baru dan dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar: (1) sikap skeptis dalam sejarah. (2) Informasi baru. (3) faktor budaya yang mengubah metode evaluasi dan (4) hasrat naluriah manusia untuk mencari, menghadapi atau memahami hal-hal spiritual.
1.      Sikap Skeptis dalam Sejarah
Faktor pertama sikap skeptis terhadap semua institusi agama, termasuk perang agama yang mendominasi sejarah Eropa selama berabad-abad karena berbagai kesalahan sepanjang sejarah. Sejak Konstantin kombinasi agama dan kekuasaan dapat sangat merusak.
Faktor kedua adalah munculnya disiplin ilmu kritik yang lebih tinggi yaitu proses memeriksa dan menganalisa suatu sumber untuk mengetahui asal-usul dan kisahnya dengan tujuan untuk mengevaluasi dan mengapresiasi nilai sejarah dari sumber tersebut.  Dan diterapkan terhadap studi Alkitab akan sulit bagi pembaca untuk melihat campur tangan Tuhan, Karena tidak akan bisa menerima hal-hal yang ilahi.karena Alkitab dipandang seperti buku-buku yang lain dan skeptis terhadap campur tangan Tuhan yang ada didalamnya.



2.      Informasi Baru
Faktor ketiga adalah penemuan arkelogi terbaru seperti penemuan di Nag Hamadi (1945) dan Qumran (1946) mengubah studi Perjanjian Baru dan menjadi angin segar pada Yesusanitas sebagai ekspresi asala mula Kritianitas.
3.      Faktor Budaya yang mengubah Metode evaluasi
Faktor keempat adalah perubahan besar dalam cara kita memandang sejarah. Penemuan-penemuan arkeologi melahirkan pemahaman mengenai sejarah. Pernyataan tentang kebenaran sejarah telah bergeser menjadi pembacaan fakta sejarah. Faktor kelima penggunaan selektif bukti-bukti kuno untuk menonjolkan karakteristik yang selaras dengan pikiran ideologi modern.
4.      Hasrat manusia
Faktor keenam pengajaran Kritianitas dalam program-program studi agama di banyak universitas (di Amerika). Perspektif tertentu diajarkan hampir tanpa perbandingan dengan sudut pandang lain. Faktor yang ketujuh adalah meningkatnya perhatian media terhadap topik Yesusanitas. Kedelapan adalah fenomena baru: daya tarik nove-novel kawin silang dan publik yang menyukai pemikiran agama yang dikemas dalam konteks drama fiksi.

Hasrat untuk mencari, menghadapi dan memahami hal-hal spiritual.
            Faktor kesembilan adalah tumbuhnya minat terhadap pencarian perjalanan rohani. Perjalanan kerohanian sering berarti proses membuka diri yang menyakitkan. Faktor kesepuluh adalah hasrat budaya untuk menerima keberagaman agama sedemikian rupa sehingga kedamaian dapat dipertahankan, sementara pertanyaan mengenai apakah ada yang menawarkan lebih daripada yang lain diabaikan. Faktor kesebelas meluasnya pengakuan bahwa agama ternyata benar-benar bisa memotivasi orang. Faktor kedua belas fundamentalisme  naif dan rapuh yang telah menyebabkan banyak orang dari latar belakang tersebut akhinya meninggalkan dan menolaknya. Faktor lain yang menyebabkan mereka meninggalkan kepercayaannya pertama, perubahan-perubahan yang meraka alami semakin memperjelas betapa kaku sistem penafsiran Alkitab yang kita kenal selama ini. Kedua mereka seringkali melihat betapa tidak konsistennya ajaran gereja dengan ajaran Alkitab dalam hal keadilan sosial dan materialisme.
Potret Yesus yang beredar terbagi dalam dua versi yaitu cerita Kristianitas dan cerita Yesusanitas, meskipun faktanya disamakan sebagai Kristianitas. Pencetusnya dapat dikategorikan menjadi 4 yaitu: (1) sikap skeptis dalam sejarah. (2) Informasi baru. (3) faktor budaya yang mengubah metode evaluasi dan (4) hasrat naluriah manusia untuk mencari, menghadapi atau memahami hal-hal spiritual. Dan dalam 4 kategori ini ada 12 faktor yang saling berbeda yaitu: (1) sikap skeptis terhadap semua institusi agama. (2) munculnya disiplin ilmu kritik yang lebih tinggi. (3) penemuan arkelogi terbaru (4) perubahan besar dalam cara kita memandang sejarah.  (5) penggunaan selektif bukti-bukti kuno.(6) Metode pengajaran mengenai Kristianitas dalam banyak program studi agama. (7) meningkatnya perhatian media.(8) daya tarik novel-novel populer. (9) tumbuhnya minat terhadap pencarian perjalanan rohani. (10) hasrat budaya untuk menerima keberagaman agama. (11) meluasnya pengakuan bahwa agama ternyata benar-benar bisa memotivasi orang. (12) fundamentalisme  naif dan rapuh.

Pandangan Umum 2
Empat Perbedaan Penting antara Krintianitas dan Yesusanitas.

Untuk menganalisa perbedaan antara Kristianitas dan Yesusanitas dengan menganalisa empat perbedaan penting Kristianitas dan Yesusanitas karena cara pandang mereka yang berbeda mengenai relasi. (1) perceraian antara pencipta dan ciptaan. (2) Perceraian antara Tuhan dan kemungkinan adanya wahyu ilahi untuk membuat manusia bertanggung jawab. (3) Perceraian antara Yesus dan kesaksian-kesaksian pengikunya dalam sejarah. (4) Perceraian antara seluruh berita Yesus dan praktik gereja.

Klaim Pertama
Perjanjian Baru Yang Asli Telah Sangat Dirusak Oleh Para Penyalin Sehingga Tak Terpulihkan Lagi

Bart Ehrman dalam bukunya Misquoting Jesus sikapnya yang skeptis menjelaskan tentang kemungkinan menemukan isi teks asli Perjanjian Baru, dan meskipun ada kepastian, teks asli pastilah tidak seortodoks yang kita perkirakan. Menurut Ehsalinan yanrman semua salinan teks merupakan salinan yang jauh sesudah aslinya. 
Kita telah melihat bahwa sebenarnya banyak manuskrip Perjanjian Baru yang jauh lebih awal daripada literatur Yunani dan latin lainnya. Penulisan ulang tentu tidak dilakukan secara linear: manuskrip asli dan salinan salinan tua lainnya digunakan berulang kali untuk membuat salinan.
Pendapat Ehrman yang mengatakan semua manuskrip penuh dengan kesalahan, kita telah melihat bahwa kesalahan-kesalahan tersebut yang ditemukan dalam salinan merupakan kesalahan-kesalahan minor atau tidak penting. Dan jumlah kesalahan tidak lebih dari 1% dari seluruh variasi teks yang mempengaruhi makna ayat, tetapi tidak satupun yang mempengaruhi ajaran dasar Kriten dan cukup otentik.
Pendapat Ehrman yang mengatakan penyalin ortodoks telah banyak merubah teks sehingga terjadi perubahan dalam berita dasar Perjanjian Baru.  Namun alasan ini tidak mendasar dan dukungan yang kuat. Seperti pandangan Dr. Bruce Metzger bahwa meskipun belum seluruh perjanjian baru di ketemukan, namun kita telah memiliki seluruh inti teks. Kesimpulannya ajaran  Perjanjian Baru tidak berada dalam bahaya karena adanya variasi teks. Dan kebanyakan pandangan ahli kritik teks selama 3oo tahun terakhir.
Ehrman mengagumi Metzger dan menyebutnya sebagai “Bapa-Doktor” namun Metzger tidak mungkin setuju dengan pandangan dari Erhman. Seperti yang sampaikan dalam wawancara Lee Strober dalam buku The Case for Christ, “Apakah kesimpulan yang anda tarik semua waktu untuk mengajar, mempelajari dan menulis buku tentang detail teks Perjanjian Baru? Apakah Pengaruhnya terhadap iman anda?”. Jawab Metzger “Semua itu telah memperdalam  dasar iman pribadi saya, karena saya telah melihat betapa kuatnya semua materi ini diwariskan kepada kita dengan begitu banyak salinan, dan sebagian dari salinan itu sangat-sangat tua”. Saat Strober bertanya lagi”Jadi, mempelajari semua itu tidak melucuti iman anda sebagai dasar ilusi”. Jawabnya,” Justru sebaliknya, iman saya semakin bertumbuh. Seumur hidup saya telah mengajukan banyak pertanyaan, saya telah menggali teks, saya telah belajar dengan teliti, dan sekarang saya yakin bahwa iman saya kepada Yesus adalah iman yang benar”.





Klaim Kedua
Injil-Injil Gnostik, seperti Injil Yudas, Membuktikan Eksistensi
Kritianitas Alternatif Purba

Injil Yudas mengajarkan perceraian antara Allah dan ciptaannya yang tidak diajarkan baik oleh Kristianitas maupun oleh Yudaisme. Dalam Yudaisme maupun Kristianitas mengajarkan bahwa ciptaan untuk bertanggung jawab kepada  sang Pencipta. Perceraian antara Pencipta dan ciptaan tidak akan pernah diterima oleh Kristianitas dan Yudaisme.
Jadi klaim mengenai Injil Yudas merupakan Alternatif bagi Kristianitas tradisional separuh benar tetapi bagian terpenting justru hilang. Menganalisa Injil Yudas kata N.T. Wright seperti menyaksikan film fiksi seorang bernama ‘Yesus’ dan seorang yang bernama ‘Yudas’ tidak akan relevan. N.T. Wright mengatakan faktanya peristiwa yang  sedang berlangsung adalah ‘mitos baru’ mengenai asal mula paham Kristen. Mitos ini mempunyai 3 kesalahan yaitu: 1) menggambarkan Yesus tidak seperti gamabran pada Injil-Injil kanonik. 2)berargumentasi bahwa ada banyak ragam Kristianitas pada masa paling awal dan baru terbentuk menjadi satu kristianitas ortodoks pada abad keempat. 3) mengatakan bahwa ajaran yang ditolak tidak berhubungan dengan Kerajaan Allah Pencipta Israel, melainkan tentang pencarian makna sejati dalam diri.
Pemberitaan yang mengatakan bahwa Injil-Injil gnostik adalah bukti Kristianitas  alternatif yang sah dan setara dengan Kristianitas ortodoks adalah berita yang salah dan tidak punya landasan sejarah. Pemberitaan seperti tentang Injil gnostik adalah berita yang menyesatkan dan tidak logis berdasarkan kaidah-kaidah kesejarahan ketika mengajukan versi sejarahnya sendiri. Apapun yang diajarkan Yesus dan Kritianitas, kita tidak akan menemukannya dalam Injil Yudas. Injil Yudas membawa kita ke tempat yang menyimpang jauh dari keempat Injil.

Klaim Ketiga
Injil Tomas Menjungkirbalikkan Pemahaman Kita Tentang Yesus Sejati

Penemuan Injil Tomas pada tahun 1945 merupakan salah satu penemuan terbesar dalam abad 20. Tanpa mengecilkan penmuan bersejarah ini, kita bisa membandingkan penemuan ini dengan kritik bapa Gereja kita atau dengan meneliti sendiri dengan membandingkan dengan salah satu sekte Kristen. Ada sejumlah ahli sejarah yang menginginkan injil Tomas lebih dari seharusnya. Injil Tomas tidak setua seperti yang diperkirakan , bahkan hampir bisa dipastikan ditulis pada abad ke 2 antara th 120 dan 140. Jadi amat mungkin Injil tomas bergantung dari Injil Kanonik, hal ini dibuktikan dari kebanyakan perkataan Yesus di temukan dalam Injil kanonik. Dan juga ada perubahan editorialdalam injil Tomas.
Injil Tomas menggambarkan Yesus yang berbeda dengan apa yang digambarkan pada Injil sinoptik. Yesus yang digamabrkan dalam Injil Tomas tidak melakukan tanda mujizat, tidak bernubuat, tidak mati bagi dosa manusia, tidak menerima iman bagi dirinya dan penyembahan. Tetapi memberikan rahasia kepada satu murid danmengajak mereka mencari kerajaan Allah dalam diri mereka sendiri. Hal ini tidak seperti dalam ajaran Yahudi-Kristen.
Perbedaan antara Injil Tomas dengan Perjanjian Baru adalah tidak ada kerangka sejarah bagi perkataan-perkataan yang dicatat dan injil Tomas tidak mengijinkan verifikasi terhadap sejarah.
Ada cara lain yang lebih baik untuk mempelajari Yesus sejarah yaitu Yesus yang menjelaskan mengapa Kristianitas menekankan pribadi Yesus bukan hanya ajaran-ajaranNya. Injil kanonik memberikan kepada kita informasi tertulis  sehingga dapat diselidiki dengan analisa sejarah. Injil kanonik mencatat Yesus bukan suatu rahasia melainkan Yesus diingat sebagaimana komunitas Kristen purba.

Klaim Keempat
Ajaran Yesus Pada Dasarnya Bersifat Politik dan Sosial

Yesus adalah Kristus karena Allah mengutus Yang Diurapi untuk mewakili Dia dan kita. Kita bisa memahami Yesus dengan baik bila tahuu bahwa Ia bukan berbicara tentang orang lain tetapi kita sendiri. Ia datang supaya kita dekat dengan Allah dalam prosesnya Ia mengubah kita. Yesus adalah Anak manusia yang juga Anak Allah yang memanggil kita agar di terima Allah asal kita percaya kepadaNya.
Yesus bukan hanya seorang Nabi, Ia memanggil kita agar kita hidup berbeda. Ia yang memiliki kuasa dan otoritas menolong kita untuk menjawab panggilanNya melalui karyanya dalam hidup kita sebagai Tuhan yang hidup. Kristianitas adalah hidup baru  yang diubahkan dan dihubungkan oleh Allah melalui Kristus dan karyaNya.

Klaim Kelima
Paulus Mengubah Misi semula Yesus dan Yakobus, Dari Reformasi Bangsa Yahudi Menjadi Gerakan Yang meninggikan Yesus dan
Merangkul Bangsa-bangsa Bukan Yahudi.

Ada 4 masalah sejarah yang merusak gambaran Tabor lebih dari sekedar masalah-masalah pandangan dunia yang mendasari gambar tersebut. Karya Tabor dianggap sebagai cerminan terbalik dari karya Marcion yang berusaha menghilangkan elemen Yahudi dari Kristianitas . Sedangkan Tabor mengecilkan status Paulus, Injil Lukas dan Kisah Para Rasul dan menolak buku-buku yang yang dipertahankan Marcion. Kemungkinan Solusinya adalah menolak keduanya.
Analisa Tabor serangkaian tulisan abad pertama dan kedua tentang gerakan Yesus membuat kita pada kesimpulan bahwa perpecahan yang disorot tidak sebesar yang diperkirakan. Dan kita dapat melihat garis dinasti dalam gerakan Yesus, selain Yakobus ada beberapa saudara laki-laki Yesus yang tidak dibicarakan dalam berbagai sumber diluar Alkitab.
Kristianitas Yahudi purba bukan hanya suatu gerakan Yahudi yang tidak berfokus pada pribadi dan karya Yesus. Sumber-sumber tertua mengarahkan kita kepada Kristianitas bukan Yesusanitas. Kita melihat bahwa teori populer yang dipromosikan di arena publik sekarang ternyata tidak cukup probabilitas sejarah.

Klaim Keenam
Makam Yesus telah Ditemukan, Kebangkitan dan KenaikkanNya
Tidak Terjadi Secara Fisik

            Berita yang menyatakan makam Yesus telah ditemukan dan kebangkitan dan kenaikkanNya tidak terjadi secara fisik, merupakan klaim yang paling tidak dapat diterima dibandingkan dengan klaim-klaim sebelumnya. Penyebabnya dapat dijelaskan dengan banyak kesenjangan logika. Bila klaim ini benar maka tidak ada keunikkan Yesus dan yang bernilai hanya ajaranNya. Faktanya hipotesis ini sangat tidak mendasar namun menarik perhatian kita untuk bertanya apakah kita siap untuk menghadapi klaim-klaim mengenai Yesus seperti ini.
Dapakah masyarakat mampu membedakan cerita fiksi mengenai Yesus dan kematiannya dengan ajaran Yesus yang sebenarnya tentang hidup kekal bagi umat manusia yang didasarkan pada peristiwa-peristiwa hidup Yesus. Karena pilihan untuk meninggikan Yesus sebagai raja dan upaya mendongkel Yesus dari tahtaNya merupakan pilihan yang penting.

TANGGAPAN
Isu-isu yang beredar sekarang membuat orang Kristen menjadi gerah, tatapi isu-isu kontemporer ini haruslah direspon dengan benar. Sehingga bisa memberikan tanggapan atau pembelaan terhadap isu-isu tersebut. Buku ini menggambarkan tentang Yesus kepada masyarakat dan seberapa pengenalan kita tentang Yesus.
Dari buku ini kita bisa melihat alasan-alasan yang lebih meyakinkan cerita tentang Yesus dari abad pertama yang menjadi akar dari Kekristenan. Dibandingkan alasan-alasan dan pembuktian-pembuktian dari ‘cerita-cerita kontemporer’ yang beredar.
Buku ini bisa menjadi salah satu referensi bagi orang Kristen untuk mendapatkan alasan dalam menyikapi dan menanggapi ‘isu-isu kontemporer’ yang beredar dimasyarakat yang berusaha menurunkan/mendongkel Yesus dari tahtaNya.

Jumat, 26 April 2013

PENATALAYANAN TALENTA





PENATALAYANAN TALENTA

BAB I
Pendahuluan

Menjadi Kristen adalah menjadi serupa dengan Kristus dan meneladaniNya.  Menjadi Kristen (being christian) itu tak lain adalah belajar menjadi (learning to be) saksi-saksi dan pelayan-pelayan Kristus yang tersalib. Dalam proses learning to be itu kita perlu belajar tentang pikiran-pikiran dan perasaan Kristus (learning how to learn and think) untuk kemudian belajar melakukan (learning how to do) perbuatan-perbuatan yang Yesus lakukan sebagai contoh yang sempurna.[1]
Penatalayanan mempunyai pengertian pekerjaan menatalayani, mengelola, mengurus, mengatur, menyelenggarakan. Istilah penatalayanan dalam bahasa Inggis “stewardship”. Dan orang yang melakukan penatalayanan disebut dengan “penatalayan”.
Penatalayanan adalah cerminan dan gaya hidup dari semua orang percaya. Karena apa yang kita kerjakan selama kita hidup harus kita pertanggung jawabkan dihadapan Tuhan, bahkan  bila kita tidak melakukan apa-apa hal itupun juga harus dipertanggungjawabkan. Penatalayanan yang biasa disebut juga dengan pengabdian adalah indikator kedewasaan rohani dari seseorang Kristen. 
Namun dalam kehidupan orang percaya, sikap penatalayanan seringkali diabaikan bahkan didalam gereja. Karena pembiaran dari sudut pandang yang keliru yaitu tugas penatalayanan “ditempelkan” kepada orang-orang yang bekerja di gereja atau pemimpin gereja seperti, Pendeta atau fulltime gereja dan pelayanan sosial yang menjadi bagian gereja.
Dalam Perjanjian Baru tidak membuat pembedaan – kudus atau sekuler – antara orang-orang Kristen yang melayani sepenuh waktu dan mereka yang melakukan jenis pekerjaan lainnya. Sesungguhnya Alkitab tidak mempunyai istilah “pelayanan Kristen sepenuh waktu”. Alkitab menyatakan bahwa semua orang Kristen harus melayani Tuhan sepenuh waktu walaupun pekerjaan kita yang berbeda-beda itu mewujudkan pelayanan tersebut melalui beragam bentuk.[2]
“...adanya ketegangan menunjukkan bahwa ada sesuatu yang tidak normal. Sebagai orang Kristen kita telah selama bertahun-tahun membiarkan bertumbuhnya suatu pemisah yang sangat besar antara iman kita dan pekerjaan kita sehari-hari padahal Allah sama sekali tidak bermaksud untuk menimbulkan jurang pemisah itu.[3] Terjadinya dikotomi sekuler dan pelayanan menyebabkan berhentinya pengembangan jemaat dan tidak maksimalnya potensi jemaat. 
Pandangan gereja Katholik Roma terdapat pemisahan antara ‘imam  dan awam’, antara ‘biara dan dunia’ dan ‘ibadah dan bekerja’, kemudian Martin Luther memperkenalkan tentang  imamat am orang percaya (the priesthood of all believers). Sehingga tidak ada yang satu lebih suci dari yang lain, yang satu mempunyai lebih tinggi dari yang lain. Ia menyatakan kita semua orang percaya adalah imam bagi dirinya dan bagi orang lain.
Luther juga menyampaikan ajaran tentang beruf atau panggilan yaitu bukan menjadi imam menerima panggilan Tuhan dan melaksanakan panggilan itu dan masuk biara. Tetapi setiap orang percaya menerima beruf atau panggilan dari Tuhan, yaitu Tuhan memanggil kita untuk melaksanakan pekerjaan kita masing-masing.















BAB II
Talenta dan Penatalayanan Talenta

A.    Definisi talenta
Talenta dalam KBBI berarti sebagai pembawaan seseorang sejak lahir atau bakat. Arti dalam satuan berat/timbangan adalah 1talenta=60 mina, 1mina = 50 syikal atau 1talenta = 3000 syikal. 1 talenta kurang lebih 34 kg = 1,094 troy ounce. Dalam Perjanjian Baru, 1 talenta = 6000 dinar, 1 dinar adalah upah pekerja harian dalam 1 hari. Dan kalau diasumsikan nilai sekarang upah harian seorang pekerja 50 ribu rupiah, maka 1 talenta sama dengan 300 juta rupiah. Talenta yang kita punyai sangat besar nilainya .
Dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai talent yaitu ketrampilan atau keahlian seperti yang dimiliki oleh para artis, pematung, perancang yang biasanya tidak setiap orang memilikinya. Saat kita berbicara tentang talenta, cenderung dalam pikiran kita adalah sesuatu yang spesial yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang. Dan talenta semata-mata hanya untuk memuaskan keinginan kita atau ambisi pribadi kita.

B.                 Landasan teologia talenta
Didalam Perjanjian Lama ada beberapa kisah yang dapat menjadi referensi dalam penatalayanan:
Pertama Kejadian 41, Yusuf bisa mengartikan mimpi Firaun, dan hal-hal yang harus dikerjakan oleh Raja pada masa kemakmuran untuk menghadapi masa kekeringan. Yusuf melakukan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dengan baik dalam mengelola bahan makanan.
Kedua Keluaran 18, saat kondisi Musa kewalahan mengadili perkara dan masalah yang dihadapi bangsa Israel. Musa berdiri seorang diri mengadili dari pagi sampai petang. Yitro mertua Musa mengatakan untuk mencari orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap untuk ditempatkan menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. Yitro mengajarkan tentang membuat manajemen kepemimpinan dan organisasi.
Ketiga 1 Tawarikh 28, Daud membuat perencanaan dan biaya untuk pembangunan Bait Allah yang akan dibangun oleh anaknya Salomo. Daud mengajarkan untuk membuat perencanaan dan perbendaharaan.
Keempat Nehemia 12, Nehemia mengatur tentang pengawasan dan pengelolaan terhadap persembahan untuk jaminan hidup para Imam dan orang-orang Lewi. Dalam perjanjian lama banyak teladan bagi kita dalam penatalayanan. Hal ini yang mendasari kita untuk mempertanggungjawabkan setiap pekerjaan yang kita lakukan kepada Tuhan dan kepada pemimpin kita didalam pekerjaan kita.
Dalam Perjanjian Baru juga mengajarkan kita untuk mempertanggungjawabkan apa yang kita lakukan dan kerjakan dihadapan Tuhan.
Pertama  Matius 25: 14-30 mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada orang yang tidak diberi talenta , setiap orang diberikan talenta sesuai dengan kadar kemampuan kita. Selain itu mengajarkan kepada kita keadilan dan kemahatahuan Tuhan atas kadar kemampuan yang kita. Setiap orang yang diberi talenta mendapatkan kebebasan untuk mengelola talenta yang diberikan Tuhan. Tuhan menuntut pertanggungjawaban dan investasi/pengembangan talenta yang diberikan. Setiap orang yang bertanggungjawab atas talenta yang diberikan mendapatkan hadiah dari Tuhan.
Kedua Roma 14:12, setiap orang akan memberikan pertanggungjawaban tentang dirinya kepada Allah .
Ketiga 1 Korintus 12:11, semua orang diberikan karunia  dan sesuai dengan kehendakNya.
Keempat 1 Petrus 4: 10-11, setiap orang harus melayani dengan baik sesuai karunia yang diberikan kepada kita dengan tujuan untuk kemuliaan Tuhan.

C.     Potensi Diri
Beberapa potensi diri yang dimiliki oleh seseorang atau yang terdapat dalam diri  antara lain:
1.      Bakat
Kemampuan yang diberikan Tuhan sejak manusia dilahirkan. Kemampuan ini biasa yang disebut dengan bakat alami atau bakat. Bakat itu seperti kecerdasaan/ intelektual, musik, kesehatan, musik dan sebagainya.
2.      Keahlian/ketrampilan
Keahlian yang diperoleh karena diasah atau dilatih dan belajar. Keahlian ini seperti bahasa, keahlian dari sekolah, menjahit, montir, memainkan alat musik dan sebagainya.
3.      Karunia rohani
Kemampuan yang diberikan Tuhan untuk melayani tubuh Kristus.
Karunia rohani
Karunia rohani adalah suatu kemampuan yang diberikan Allah untuk melayani tubuh Kristus sesuai dengan pimpinanNya.[4] Karunia rohani dalam tulisan ini berdasarkan pandangan Charles C. Ryrie. Menurut Ryrie:
a.       Karunia rohani bukanlah tempat dalam pelayanan.
Karunia rohani adalah kemampuan, bukan tempat dalam suatu pelayanan.
b.      Karunia rohani bukanlah jabatan.
Karunia rohani adalah kemamapuan dan dapat digunakan oleh seseorang tidak peduli apakah dia memegang jabatan digereja lokal atau tidak.
c.       Karunia rohani bukanlah merupakan pelayanan kelompok usia tertentu.
Tidak ada karunia rohani untuk pekerjaan kaum muda, atau pekerjaan anak-anak, semua golongan usia dapat dilayani
d.      Karunia rohani bukanlah teknik keahlian khusus.
Tidak ada karunia untuk menulis atau mendidik orang Kristen atau memainkan musik, tetapi dapat digunakan untuk menyalurkan karunia-karunia rohani.
e.       Karunia rohani tidak sama dengan bakat/ talenta alamiah.
Bakat bisa untuk melayani tubuh Kristus dan juga bisa tidak digunakan untuk melayani tubuh Kristus.

Perbedaan bakat dan karunia-karunia rohani[5]
                Bakat-bakat Alamiah                              Karunia- karunia Rohani
Diberikan Allah melalui orangtua kita             Diberikan Allah tidak bergantung orangtua kita
Diberikan pada saat kelahiran                          Dengan jelas diberikan pada saat pertobatan
Umum untuk kepentingan umat manusia         Khusus untuk kepentingan tubuh Kristus

Karunia rohani diberikan oleh Tuhan Yesus Kristus untuk membangun tubuh Kristus dan diberikan sesuai dengan keperluan masing-masing orang percaya untuk pelayanan menurut kehendakNya. Karunia rohani diberikan kepada setiap orang percaya atau dengan kata lain, tidak ada orang percaya yang tidak mempunyai karunia rohani. Setiap orang percaya pasti memiliki minimal satu karunia rohani (1 Petrus 4:10; 1Korintus 7:7).

Macam-macam karunia rohani :
1.      Rasul                                      7.    Penginjilan                    13.  Membedakan roh
2.      Nabi                                       8.    Gembala                        14.  Kemurahan
3.      Mujizat                                   9.    Menolong/melayani      15.  Memberi
4.      Penyembuhan                         10.  Mengajar                       16.  Memimpin
5.      Bahasa lidah                           11. Iman                              17.  Hikmat
6.      Menafsirkan bahasa lidah      12. Menasihati                    18. Pengetahuan

D.    Penatalayanan Talenta
Perumpamaan Tuhan Yesus tentang talenta dalam yang mendasari penatalayanan talenta dalam  Matius 25:14-30.  Hal-hal yang dapat kita amabil dari perumpamaan ini adalah:
-          Kebebasan hamba untuk menentukan sikap dan tindakan atas kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan.
-          Tuhan menuntut pengembalian atas investasinya untuk mengukur ketekunan dan kesetiaan hamba-hambaNya
-          Kelak Tuhan meminta setiap orang Kristen pertanggungjawaban bagaimana ia menjadi penatalayan atas talenta yang diberikan Tuhan.
-          Hadiah bagi hamba yang baik dan hukuman bagi hamba yang jahat. Bagi yang baik dan setia ditambah terus. Bagi yang tidak setia menderita kerugian.
-          Apa yang kita lakukan di dunia sekarang, menentukan apa yang akan kita nikmati di surga nanti.
-          Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa segala sesuatu adalah milik Tuhan. Allah telah memberikan banyak hal untuk dipergunakan dalam hidup kita.
-          Segala yang kita lakukan akan kita pertanggungjawabkan dalam tahta pengadilan Kristus. Matius 25:23; Roma 14:12; 2 Korintus 5:10.







BAB III
Etika Kristen dan Etos Kerja Kristiani

Kata etika asalnya dari beberapa kata Yunani yang hampir sama, yaitu ethos dan éthos atau “ta ethika” dan “ta éthika”. Kata ethos artinya kebiasaan, adat. Kata éthos dan éthikos lebih berarti kesusilaan, perasaan batin, atau kesenderungan hati dengan mana seseorang melakukan sesuatu perbuatan.[6] Kata-kata ini merupakan latar belakang dari kata etik dan etika dalam bahasa Indonesia.
Etik  menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak dan nilai mengenai benar dan salah yang dianaut oleh suatu golongan atau masyarakat. Sedangkan etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).[7]
Dalam bahasa Latin istilah-istilah ethos, éthos dan éthikos itu disebutkan dengan kata “mos” dan “moralitas”. Oleh sebab itu kata “Etika” sering pula diterangkan dengan kata “moral”.[8] Dalam bahasa Indonesia kata etika mempunyai arti yang lebih dalam dari kata moral. Moral mempunyai arti kelakuan lahir, dan etika tidak hanya perbuatan lahir tetapi juga mempunyai makna dan motivasi-motivasi yang mendasari perbuatan lahir.
Perkataan etika berasal dari bahasa Yunani ethos dan éthos. Kata tersebut juga terdapat dalam Perjanjian Baru. Dalam Lukas 22:39 kita baca bahwa Yesus pergi ke bukit Zaitun menurut ethos-Nya, menurut kebiasaanNya. Pada orang-orang Roma bukanlah ethos (kebiasaan) untuk menyerahkan seorang terdakwa  sebagai suatu anugerah (Kisah 25:16). Namun kata ethos, atau éthos itu juga berarti susila juga. Di Filipi Paulus dan Silas terdakwa karena mengajarkan éthé (adat istiadat) yang tidak baik menurut adat istiadat orang Roma (Kisah 16:21). Dalam 1 Korintus 15:33 Paulus mengutip pepatah yang terkenal Menander, seorang komedi Yunani:”Pergaulan yang buruk merusakkan éthé (LAI: kebiasaan, sebenarnya susila) yang baik”.[9]
Etika Kristen adalah etika teologis yang berdasarkan pada agama Kristen dan berlandaskan Alkitab sebagai sumber otoritas segala kebaikkan. Etika Kristen juga dinamakan etika Alkitabiah karena seluruh sumber etika diajarkan oleh Alkitab. Etika Alkitabiah adalah studi mengenai ukuran baik dan buruk, karakter dan sikap umat Kristen dengan bentuk ganjaran yang diberikan dengan baik-buruk tanpa mengabaikan ketaatan atau kepatuhan kepada Alkitab. Ukuran moral etika Alkitab adalah kehidupan dari Tuhan Yesus sendiri.
Etos kerja profesional menurut Andy Kirana dapat dirumuskan sebagai berikut:
                     1.         Kerja adalah rahmat.
Kita mendapat kesempatan bekerja adalah kemurahan dan kebaikkan Tuhan. Kesempatan kerja yang ada karena kasih sayang Tuhan. Anugerah Tuhan selalu tersedia setiap saat dan dimanapun kita berada. Yang merencanakan dan mengatur semua ini adalah Tuhan.
                     2.         Kerja adalah amanah.
Sikap orang yang menerima pekerjaan dengan sepenuh hati, tidak akan berhenti jika pekerjaannya belum selesai secara benar, baik dan berkualitas. Pantang menyerah meskipun menemui kesulitan dan selalu mencari jalan keluar sampai pekerjaan selesai secara benar, baik dan berkualitas. Bekerja harus diselesaikan dengan bertanggungjawab kepada pemberi tugas.
                     3.         Kerja adalah panggilan.
Semua orang mempunyai panggilan hidupnya masing-masing, panggilan hidup utamanya dijalani dalan pekerjaannya. Orang yang menemukan panggilan hatinya pasti bisa  melaksanakannya karena setiap orang mempunyai kemampuan dan potensi didalam dirinya.
                     4.         Kerja adalah aktualisasi
Kerja keras merupakan wadah aktualisasi diri bagi manusia pekerja dan potensinya akan berkembang melalui kerja keras. Aktualisasi  merupakan proses membuat potensi diri menjadi aktual atau menjadi nyata. Aktualisasi diri terlaksana dalam pekerjaan karena pekerjaan merupakan pembentukkan karakter dan kompetensi.
                     5.         Kerja adalah seni
Orang yang bekerja seharusnya mencintai pekerjaannya sehingga kalau seseorang mencitai pekerjaannya akan ada dorongan untuk menyelesaikan pekerjaan sebaik-baiknya tidak hanya secara normatif  namun juga akan kreatif. Inilah kerja adalah seni.
                     6.         Kerja adalah ibadah
Kita harus bekerja dengan sebaik-baiknya dan kita mengabdikan diri sebaik-baiknya melalui pekerjaan kita. Karena pekerjaan adalah pemberian Tuhan.
                     7.         Kerja adalah kehormatan
Melaksanakan pekerjaan dengan bertanggungjawab, jujur, tepat waktu, berkualitas, dapat dipercaya dan diandalkan. Malu bila melakukan hal yang tidak benar dan hal yang memalukan adalah mengorbankan kehormatan.
                     8.         Kerja adalah pelayanan
Sebagai orang percaya kita yakin, siapapun yang kita layani kita melayani Tuhan dan jika kita bekerja kita melayani Tuhan.
            Sedangkan etos kerja kristiani Andy Kirana merangkum sebagai berikut:
1.      Setiap orang percaya dipanggil oleh Tuhan untuk melakukan pekerjaannya masing-masing didunia ini.
2.      Setiap orang percaya melakukan pekerjaannya sebagai ibadah kepada Tuhan, sebagai tugas yang suci dan mulia sehingga dilakukan dengan kesungguhan, disiplin dan tanggungjawab.
3.      Dunia adalah biara. Kita hidup dan bekerja dalam dunia untuk kemuliaan Tuhan.
4.      Setiap hasil yang kita peroleh, bukan terutama untuk dinikmati tetapi dijadikan modal untuk menghasilkan yang lebih baik lagi untuk Tuhan.
5.      Waktu adalah anugerah dan modal, sehingga tidak boleh hilang disia-siakan untuk kemalasan dan hanya dipakai bekerja untuk Tuhan. Istirahat diperlukan untuk tujuan bekerja lebih baik.
6.      Materi bukan tujuan. Materi adalah ciptaan Tuhan. Oleh karena itu menghasilkan materi sebanyak-banyaknya dengan cara yang baik dan benar untuk dimanfaatkan dengan baik dan benar itulah panggilan orang percaya.










BAB III
Penatalayanan Dalam Marketplace

            Pekerjaan bukan suatu tempat atau sesuatu yang tidak terhormat dan tidak dipandang Tuhan. Pekerjaan bukan tempat kurang mulia dibanding pelayanan di gereja. Pekerjaan bukan permainan yang dilakukan orang yang bukan Kristen. Tetapi pekerjaan tidak dapat dipisahkan dari Allah. Pekerjaan merupakan bagian terbesar dalam kehidupan manusia yang dipandang serius oleh Allah.[10] Pekerjaan merupakan sarana yang diberikanTuhan kepada manusia untuk mencapai tujuan yang penting.
            Kejadian 1, kita mendapati bahwa Allah bekerja menciptakan langit dan bumi, dalam Kejadian 2:2 Allah menamakan kegiatan ini pekerjaan atau bekerja.  Menurut Sherman & Hendricks, ... Allah memandang pekerjaan itu sebagai hal yang sangat penting. Pertama-tama kita dapat mengatakan karena Allah sendiri Pekerja.[11] Sifat-sifat yang ada didalam manusia juga merupakan sifat Ilahi. Manusia diciptakan “menurut gambar Allah” (Kejadian 1:27). Karena manusia diciptakan sebagai Imago dei, artinya secitra dengan Allah, maka manusia diberi karunia oleh Allah untuk memiliki sekalipun dalam arti yang terbatas pada sifat-sifat Ilahi. Berarti manusia juga diciptakan sebagai pekerja. Tetapi bukan bekerja untuk dirinya sendiri tetapi sebagai partner Allah atau rekan kerja Allah.
            Sherman & Hendricks mengatakan pekerjaan merupakan sarana untuk mencapai beberapa tujuan:
1.      Melalui pekerjaan kita melayani orang lain.
2.      Melalui pekerjaan kita memenuhi kebutuhan kita sendiri.
3.      Melalui pekerjaan kita memenuhi kebutuhan keluarga kita.
4.      Melalui pekerjaan kita memperoleh uang untuk dapat memberi kepada orang lain.
5.      Melalui pekerjaan kita mengasihi Allah.





BAB V
Penutup

Penatalayanan/ pengabdian Kristen harus menjadi gaya hidup setiap orang Kristen. Dan tidak ada dikotomi pekerjaan sekuler dan pelayanan sepenuh waktu, karena setiap orang percaya akan bertanggungjawab terhadap Tuhan atas semua yang dipercayakan tanpa membedakan sekuler maupun pelayanan .
Penatalayan atas talenta mempunyai arti bahwa setiap orang percaya harus mempertanggungjawabkan atas talenta yang Tuhan berikan. Tuhan memberikan talenta kepada setiap orang percaya berupa potensi diri yang antaralain berupa: bakat, keahlian dan karunia roh. Potensi ini harus dikembangkan oleh setiap orang percaya dan dipertanggungjawaban kepada Tuhan sebagai tuan kita.
            Mengetahui potensi diri adalah langkah awal dalam pertanggungjawaban kita kepada Tuhan dan mengembangkan potensi diri kita keharusan untuk menggenapi  rencana Allah dan mengaktualisasi potensi yang dikembangkan dalam kehidupan kita itulah penatalayanan talenta.
Penatalayanan dan marketplace, berarti berbicara tentang perilaku, bertanggungjawab dan orang-orang atau manusia yang ada di dalamnya. Saat kita berbicara tentang perilaku orang dalam hunbungannya dengan sesamanya, kita bisa terkagum  dan ingin menirunya. Tetapi juga sebaliknya bisa sebaliknya kita cemooh atau mengucilkannya.
            Namun sebagai orang percaya, harus memperlihatkan sikap yang benar dan perilaku yang baik sesuai dengan etika Kristen dan etos kerja Kristen . Dan jangan sekali-kali berkompromi seperti Esau dengan semangkuk kacang merahnya. Harus berani menentang dan melawan ketidakbenaran dan ketidakadilan dengan cara yang bijaksana.










DAFTAR PUSTAKA


Andrias Harefa, Kepemimpinan Kristiani Spiritual, Etika dan Teknik-teknik Kepemimpinan dalam Era Penuh Perubahan, Jakarta: Sekolah Tinggi Teologia Jakarta, 2001.
Andy Kirana, Etika Alkitabiah (Biblical Ethics), Semarang: Sekolah Tinggi Teologia Baptis Indonesia, 2000.
Andy Kirana, Pdt. Ir. MS. Arch, M.Th., Etos Kerja Kristiani, Semarang: Nehemia Ministri, 2006.
Charles C. Ryrie, Teologia Dasar 2, Yogyakarta: Penerbit Yayasan ANDI, 2002.
Daugh Sherman & William Hendricks, Pekerjaan Anda Penting Bagi Allah, Bandung: Penerbit Kalam Hidup, 1997.
J. Verkuyl. Etika Kristen Bagian Umum, Jakarta:PT. BPK Gunung Mulia Cetakan ke 13, 1993.
Ken Blanchard & Michael O’Connor with Jim Ballard, Managing By Values, Jakarta: PT.  Gramedia Pustaka Utama,1998.
R.M. Drie S. Brotosudarmo, Pdt., S.Th., M.Th., M.Si., Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Penerbit Yayasan ANDI, 2010.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka,2002.
Wiliam Carr Peel, TH.M. & Walt Larimore, M.D., Going Public With Your Faith, Jakarta: Metanoia Publishing, 2004.




[1]  Andrias Harefa, Kepemimpinan Kristiani Spiritual, Etika dan Teknik-teknik Kepemimpinan dalam Era Penuh Perubahan; Jakarta, Sekolah Tinggi Teologia Jakarta, 2001. Halaman 34
[2] Pdt. Ir. Andy Kirana, MS. Arch, M.Th., Etos Kerja Kristiani: Semarang, Nehemia Ministri, 2006. Halaman 12
[3] Daugh Sherman & William Hendricks, Pekerjaan Anda Penting Bagi Allah: Bandung, Penerbit Kalam Hidup, 1997. Halaman 17
[4] Charles C. Ryrie, Teologia Dasar 2: Yogyakarta, Penerbit Yayasan ANDI, 2002, halaman 146
[5] Ibid
[6] J. Verkuyl. Etika Kristen Bagian Umum, Jakarta:PT. BPK Gunung Mulia Cetakan ke 13, 1993, halaman 15.
[7] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta:Balai Pustaka,2002, halaman  309.
[8] J. Verkuyl. Etika Kristen Bagian Umum, Jakarta:PT. BPK Gunung Mulia Cetakan ke 13, 1993, halaman 15.
[9]Andy Kirana, Etika Alkitabiah (Biblical Ethics), Semarang: Sekolah Tinggi Teologia Baptis Indonesia, 2000, halaman 5.
[10] Daugh Sherman & William Hendricks, Pekerjaan Anda Penting Bagi Allah: Bandung, Penerbit Kalam Hidup, 1997. Halaman 109
[11] Ibid halaman 110