Darrel
L. Bock & Daniel B. Wallace, Mendongkel Yesus dari Tahtanya, Upaya
Mutahir untuk Menjungkirbalikkan Iman Gereja Mengenai Yesus Kristus,
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2009
Pandangan umum 1:
Bermacam Gambaran Yesus dalam
Yesusanitas
Dalam
dekade terakhir ada bebarapa pandangan tentang Yesus. Yesus sebagai tokoh bijaksana atau seorang nabi, tatapi
benarkah gambaran tersebut menggambarkan yang sesungguhnya dari Yesus.
E.P.
Sander pada tahun 1985 yang menulis buku Jesus and Judaism yang menyatakan
bahwa Yesus adalah nabi pemulihan bagi Israel dan bukan juru selamat selain tidak membawa pewahyuan
yang baru juga karena kedatangannya untuk mempersiapkan jalan bagi era baru. Karya
Sander ini sering dinamakan Yesus ‘eskatologis’.
Burton
pada tahun 1988 dalam bukunya A Myth of Innocence: Mark and Christian
Origins. Dalam buku ini menghubungkan
Yesus dengan ajaran Yahudi dan Hellenisne. Q adalah sumber ajaran Yesus yang
tumbuh bertahap. Yesus adalah guru hikmat dan gereja kemudian menambahkan unsur
eskatologi.
Elisabeth
Schussler Fiorenza tahun 1983 dalam bukunya In Memory of Her, Yesus digambarkan
sebagai seorang yang egaliter dan anti patriarkal. Warisan yesus adalah
perumpamaan dan perkataan yang tepat sasaran. Yesus adalah anak dari ilahi yang
bersifat feminin.
Richard
Horsley tahun 1987 dalam bukunya Jesus
and the spiral of violence menekankan yesus sebagai nabi yang mewakili dan menjadi
suara bagi masyarakat petani yang miskin di pedesaan dan melawan orang kaya di
kota.
Marcus
Borg dalam bukunya Conflict, Holiness
and Politics in Teachings of Jesus (1984) dan Jesus: A New Vision (1987) Yesus
adalah tokoh visioner dan spiritual,
kombinasi antara guru dan nabi sosial.
John
Dominic Crossan menulis banyak buku, mengklaimm bahwa hampir separuh dari
perkataan Yesus dalam Injil sebenarnya tidak diucapkan oleh Yesus. Karya
utamanya The Historical Jesus: The Life of a Mediterranenan Jewish Peasant. Yesus
digambarkan sebagai pemimpin dan guru dengan vis sosial yang menantang struktur
otoritas dan meminta kita berpikir secara berbeda mengenai sesama dan siapa
yang diberkati Tuhan.
Dua
Pandangan Lain Dalam Spektrum Yesusanitas
Ben Meyer, N.T. Wright dan Paula
Fredriksen dalam pandangan mereka menentang Yesus hanya sebagai tokoh visioner
sosial, nabi dan guru bijaksana dan percaya Yesus berkaitan dengan berita
mesianik. Pendapat mereka yang lain, Yesus disalah mengertikan murid-muridnya/
orang terdekatnya. Dengan kata lain muridnya mengingatkan Yesus sebagai pribadi
yang tidak pernah terus terang tentang yang diklaimNya.
Peran
Temuan Arkeologi dan Injil-Injil Lain
Penemuan di Nag Hammadi tahun 1945
mencakup banyak manuskri dari abad kedua dan ketiga yang berisi Injil-injil yang
hanya sebelumnya kita ketahui dari Bapa Gereja di abad kedua sampai abad
keempat. Manuskrip yang dipermasalahkan adalah Injil Tomas dan Injil Yudas.
Elaine Pagels dari Princeton, Karen King dari Harvard dan Barr Ehrman dari Chapel
Hill. Ada yang meminta agar sejarah awal kristianitas direvisi.
Yang menjadi pertanyaan mengapa
potret Yesus versi Yesusanitas semakin populer? Salah satu penyebabnya
buku-buku tentang Yesus dari versi Yesusanitas membanjiri publik mulai tahun
1980. Dan studi mengenai Yesus telah menjadi industr yang berkembang. Bahkan
menjadi buku non fiksi terlaris New York Times.
Beberapa
Penyebab Popularitas Yesusanitas
Ada 14 faktor yang menyebabkan
sebaian faktor lama dan sebagian faktor baru dan dapat dibagi menjadi 4
kelompok besar: (1) sikap skeptis dalam sejarah. (2) Informasi baru. (3) faktor
budaya yang mengubah metode evaluasi dan (4) hasrat naluriah manusia untuk
mencari, menghadapi atau memahami hal-hal spiritual.
1.
Sikap
Skeptis dalam Sejarah
Faktor
pertama sikap skeptis terhadap semua institusi agama, termasuk perang agama
yang mendominasi sejarah Eropa selama berabad-abad karena berbagai kesalahan
sepanjang sejarah. Sejak Konstantin kombinasi agama dan kekuasaan dapat sangat
merusak.
Faktor
kedua adalah munculnya disiplin ilmu kritik yang lebih tinggi yaitu proses
memeriksa dan menganalisa suatu sumber untuk mengetahui asal-usul dan kisahnya
dengan tujuan untuk mengevaluasi dan mengapresiasi nilai sejarah dari sumber
tersebut. Dan diterapkan terhadap studi
Alkitab akan sulit bagi pembaca untuk melihat campur tangan Tuhan, Karena tidak
akan bisa menerima hal-hal yang ilahi.karena Alkitab dipandang seperti
buku-buku yang lain dan skeptis terhadap campur tangan Tuhan yang ada
didalamnya.
2.
Informasi
Baru
Faktor ketiga adalah penemuan arkelogi terbaru
seperti penemuan di Nag Hamadi (1945) dan Qumran (1946) mengubah studi
Perjanjian Baru dan menjadi angin segar pada Yesusanitas sebagai ekspresi asala
mula Kritianitas.
3.
Faktor
Budaya yang mengubah Metode evaluasi
Faktor
keempat adalah perubahan besar dalam cara kita memandang sejarah. Penemuan-penemuan
arkeologi melahirkan pemahaman mengenai sejarah. Pernyataan tentang kebenaran
sejarah telah bergeser menjadi pembacaan fakta sejarah. Faktor kelima penggunaan
selektif bukti-bukti kuno untuk menonjolkan karakteristik yang selaras dengan
pikiran ideologi modern.
4.
Hasrat
manusia
Faktor
keenam pengajaran Kritianitas dalam program-program studi agama di banyak
universitas (di Amerika). Perspektif tertentu diajarkan hampir tanpa perbandingan
dengan sudut pandang lain. Faktor yang ketujuh adalah meningkatnya perhatian
media terhadap topik Yesusanitas. Kedelapan adalah fenomena baru: daya tarik
nove-novel kawin silang dan publik yang menyukai pemikiran agama yang dikemas
dalam konteks drama fiksi.
Hasrat
untuk mencari, menghadapi dan memahami hal-hal spiritual.
Faktor kesembilan adalah tumbuhnya
minat terhadap pencarian perjalanan rohani. Perjalanan kerohanian sering
berarti proses membuka diri yang menyakitkan. Faktor kesepuluh adalah hasrat
budaya untuk menerima keberagaman agama sedemikian rupa sehingga kedamaian
dapat dipertahankan, sementara pertanyaan mengenai apakah ada yang menawarkan
lebih daripada yang lain diabaikan. Faktor kesebelas meluasnya pengakuan bahwa
agama ternyata benar-benar bisa memotivasi orang. Faktor kedua belas
fundamentalisme naif dan rapuh yang
telah menyebabkan banyak orang dari latar belakang tersebut akhinya
meninggalkan dan menolaknya. Faktor lain yang menyebabkan mereka meninggalkan
kepercayaannya pertama, perubahan-perubahan yang meraka alami semakin
memperjelas betapa kaku sistem penafsiran Alkitab yang kita kenal selama ini.
Kedua mereka seringkali melihat betapa tidak konsistennya ajaran gereja dengan
ajaran Alkitab dalam hal keadilan sosial dan materialisme.
Potret
Yesus yang beredar terbagi dalam dua versi yaitu cerita Kristianitas dan cerita
Yesusanitas, meskipun faktanya disamakan sebagai Kristianitas. Pencetusnya
dapat dikategorikan menjadi 4 yaitu: (1) sikap skeptis dalam sejarah. (2)
Informasi baru. (3) faktor budaya yang mengubah metode evaluasi dan (4) hasrat
naluriah manusia untuk mencari, menghadapi atau memahami hal-hal spiritual. Dan
dalam 4 kategori ini ada 12 faktor yang saling berbeda yaitu: (1) sikap skeptis
terhadap semua institusi agama. (2) munculnya disiplin ilmu kritik yang lebih
tinggi. (3) penemuan arkelogi terbaru (4) perubahan besar dalam cara kita
memandang sejarah. (5) penggunaan
selektif bukti-bukti kuno.(6) Metode pengajaran mengenai Kristianitas dalam
banyak program studi agama. (7) meningkatnya perhatian media.(8) daya tarik
novel-novel populer. (9) tumbuhnya minat terhadap pencarian perjalanan rohani. (10)
hasrat budaya untuk menerima keberagaman agama. (11) meluasnya pengakuan bahwa
agama ternyata benar-benar bisa memotivasi orang. (12) fundamentalisme naif dan rapuh.
Pandangan Umum 2
Empat Perbedaan Penting antara
Krintianitas dan Yesusanitas.
Untuk
menganalisa perbedaan antara Kristianitas dan Yesusanitas dengan menganalisa
empat perbedaan penting Kristianitas dan Yesusanitas karena cara pandang mereka
yang berbeda mengenai relasi. (1) perceraian antara pencipta dan ciptaan. (2)
Perceraian antara Tuhan dan kemungkinan adanya wahyu ilahi untuk membuat
manusia bertanggung jawab. (3) Perceraian antara Yesus dan kesaksian-kesaksian
pengikunya dalam sejarah. (4) Perceraian antara seluruh berita Yesus dan
praktik gereja.
Klaim Pertama
Perjanjian Baru
Yang Asli Telah Sangat Dirusak Oleh Para Penyalin Sehingga Tak Terpulihkan Lagi
Bart
Ehrman dalam bukunya Misquoting Jesus sikapnya yang skeptis menjelaskan tentang
kemungkinan menemukan isi teks asli Perjanjian Baru, dan meskipun ada
kepastian, teks asli pastilah tidak seortodoks yang kita perkirakan. Menurut
Ehsalinan yanrman semua salinan teks merupakan salinan yang jauh sesudah
aslinya.
Kita
telah melihat bahwa sebenarnya banyak manuskrip Perjanjian Baru yang jauh lebih
awal daripada literatur Yunani dan latin lainnya. Penulisan ulang tentu tidak
dilakukan secara linear: manuskrip asli dan salinan salinan tua lainnya
digunakan berulang kali untuk membuat salinan.
Pendapat
Ehrman yang mengatakan semua manuskrip penuh dengan kesalahan, kita telah melihat
bahwa kesalahan-kesalahan tersebut yang ditemukan dalam salinan merupakan
kesalahan-kesalahan minor atau tidak penting. Dan jumlah kesalahan tidak lebih
dari 1% dari seluruh variasi teks yang mempengaruhi makna ayat, tetapi tidak
satupun yang mempengaruhi ajaran dasar Kriten dan cukup otentik.
Pendapat
Ehrman yang mengatakan penyalin ortodoks telah banyak merubah teks sehingga
terjadi perubahan dalam berita dasar Perjanjian Baru. Namun alasan ini tidak mendasar dan dukungan
yang kuat. Seperti pandangan Dr. Bruce Metzger bahwa meskipun belum seluruh
perjanjian baru di ketemukan, namun kita telah memiliki seluruh inti teks.
Kesimpulannya ajaran Perjanjian Baru
tidak berada dalam bahaya karena adanya variasi teks. Dan kebanyakan pandangan
ahli kritik teks selama 3oo tahun terakhir.
Ehrman
mengagumi Metzger dan menyebutnya sebagai “Bapa-Doktor” namun Metzger tidak
mungkin setuju dengan pandangan dari Erhman. Seperti yang sampaikan dalam
wawancara Lee Strober dalam buku The Case for Christ, “Apakah kesimpulan yang
anda tarik semua waktu untuk mengajar, mempelajari dan menulis buku tentang
detail teks Perjanjian Baru? Apakah Pengaruhnya terhadap iman anda?”. Jawab
Metzger “Semua itu telah memperdalam
dasar iman pribadi saya, karena saya telah melihat betapa kuatnya semua
materi ini diwariskan kepada kita dengan begitu banyak salinan, dan sebagian
dari salinan itu sangat-sangat tua”. Saat Strober bertanya lagi”Jadi,
mempelajari semua itu tidak melucuti iman anda sebagai dasar ilusi”. Jawabnya,”
Justru sebaliknya, iman saya semakin bertumbuh. Seumur hidup saya telah
mengajukan banyak pertanyaan, saya telah menggali teks, saya telah belajar
dengan teliti, dan sekarang saya yakin bahwa iman saya kepada Yesus adalah iman
yang benar”.
Klaim Kedua
Injil-Injil Gnostik, seperti
Injil Yudas, Membuktikan Eksistensi
Kritianitas Alternatif Purba
Injil
Yudas mengajarkan perceraian antara Allah dan ciptaannya yang tidak diajarkan
baik oleh Kristianitas maupun oleh Yudaisme. Dalam Yudaisme maupun Kristianitas
mengajarkan bahwa ciptaan untuk bertanggung jawab kepada sang Pencipta. Perceraian antara Pencipta dan
ciptaan tidak akan pernah diterima oleh Kristianitas dan Yudaisme.
Jadi
klaim mengenai Injil Yudas merupakan Alternatif bagi Kristianitas tradisional
separuh benar tetapi bagian terpenting justru hilang. Menganalisa Injil Yudas
kata N.T. Wright seperti menyaksikan film fiksi seorang bernama ‘Yesus’ dan
seorang yang bernama ‘Yudas’ tidak akan relevan. N.T. Wright mengatakan
faktanya peristiwa yang sedang
berlangsung adalah ‘mitos baru’ mengenai asal mula paham Kristen. Mitos ini
mempunyai 3 kesalahan yaitu: 1) menggambarkan Yesus tidak seperti gamabran pada
Injil-Injil kanonik. 2)berargumentasi bahwa ada banyak ragam Kristianitas pada
masa paling awal dan baru terbentuk menjadi satu kristianitas ortodoks pada
abad keempat. 3) mengatakan bahwa ajaran yang ditolak tidak berhubungan dengan
Kerajaan Allah Pencipta Israel, melainkan tentang pencarian makna sejati dalam
diri.
Pemberitaan yang mengatakan bahwa
Injil-Injil gnostik adalah bukti Kristianitas
alternatif yang sah dan setara dengan Kristianitas ortodoks adalah
berita yang salah dan tidak punya landasan sejarah. Pemberitaan seperti tentang
Injil gnostik adalah berita yang menyesatkan dan tidak logis berdasarkan
kaidah-kaidah kesejarahan ketika mengajukan versi sejarahnya sendiri. Apapun
yang diajarkan Yesus dan Kritianitas, kita tidak akan menemukannya dalam Injil
Yudas. Injil Yudas membawa kita ke tempat yang menyimpang jauh dari keempat
Injil.
Klaim Ketiga
Injil Tomas Menjungkirbalikkan Pemahaman Kita Tentang Yesus
Sejati
Penemuan
Injil Tomas pada tahun 1945 merupakan salah satu penemuan terbesar dalam abad
20. Tanpa mengecilkan penmuan bersejarah ini, kita bisa membandingkan penemuan
ini dengan kritik bapa Gereja kita atau dengan meneliti sendiri dengan
membandingkan dengan salah satu sekte Kristen. Ada sejumlah ahli sejarah yang
menginginkan injil Tomas lebih dari seharusnya. Injil Tomas tidak setua seperti
yang diperkirakan , bahkan hampir bisa dipastikan ditulis pada abad ke 2 antara
th 120 dan 140. Jadi amat mungkin Injil tomas bergantung dari Injil Kanonik,
hal ini dibuktikan dari kebanyakan perkataan Yesus di temukan dalam Injil
kanonik. Dan juga ada perubahan editorialdalam injil Tomas.
Injil
Tomas menggambarkan Yesus yang berbeda dengan apa yang digambarkan pada Injil sinoptik.
Yesus yang digamabrkan dalam Injil Tomas tidak melakukan tanda mujizat, tidak
bernubuat, tidak mati bagi dosa manusia, tidak menerima iman bagi dirinya dan penyembahan.
Tetapi memberikan rahasia kepada satu murid danmengajak mereka mencari kerajaan
Allah dalam diri mereka sendiri. Hal ini tidak seperti dalam ajaran
Yahudi-Kristen.
Perbedaan
antara Injil Tomas dengan Perjanjian Baru adalah tidak ada kerangka sejarah
bagi perkataan-perkataan yang dicatat dan injil Tomas tidak mengijinkan
verifikasi terhadap sejarah.
Ada
cara lain yang lebih baik untuk mempelajari Yesus sejarah yaitu Yesus yang
menjelaskan mengapa Kristianitas menekankan pribadi Yesus bukan hanya
ajaran-ajaranNya. Injil kanonik memberikan kepada kita informasi tertulis sehingga dapat diselidiki dengan analisa
sejarah. Injil kanonik mencatat Yesus bukan suatu rahasia melainkan Yesus
diingat sebagaimana komunitas Kristen purba.
Klaim Keempat
Ajaran Yesus Pada
Dasarnya Bersifat Politik dan Sosial
Yesus
adalah Kristus karena Allah mengutus Yang Diurapi untuk mewakili Dia dan kita.
Kita bisa memahami Yesus dengan baik bila tahuu bahwa Ia bukan berbicara
tentang orang lain tetapi kita sendiri. Ia datang supaya kita dekat dengan
Allah dalam prosesnya Ia mengubah kita. Yesus adalah Anak manusia yang juga
Anak Allah yang memanggil kita agar di terima Allah asal kita percaya
kepadaNya.
Yesus
bukan hanya seorang Nabi, Ia memanggil kita agar kita hidup berbeda. Ia yang
memiliki kuasa dan otoritas menolong kita untuk menjawab panggilanNya melalui
karyanya dalam hidup kita sebagai Tuhan yang hidup. Kristianitas adalah hidup
baru yang diubahkan dan dihubungkan oleh
Allah melalui Kristus dan karyaNya.
Klaim Kelima
Paulus Mengubah Misi semula Yesus
dan Yakobus, Dari Reformasi Bangsa Yahudi Menjadi Gerakan Yang meninggikan
Yesus dan
Merangkul Bangsa-bangsa Bukan
Yahudi.
Ada
4 masalah sejarah yang merusak gambaran Tabor lebih dari sekedar
masalah-masalah pandangan dunia yang mendasari gambar tersebut. Karya Tabor
dianggap sebagai cerminan terbalik dari karya Marcion yang berusaha
menghilangkan elemen Yahudi dari Kristianitas . Sedangkan Tabor mengecilkan
status Paulus, Injil Lukas dan Kisah Para Rasul dan menolak buku-buku yang yang
dipertahankan Marcion. Kemungkinan Solusinya adalah menolak keduanya.
Analisa
Tabor serangkaian tulisan abad pertama dan kedua tentang gerakan Yesus membuat
kita pada kesimpulan bahwa perpecahan yang disorot tidak sebesar yang diperkirakan.
Dan kita dapat melihat garis dinasti dalam gerakan Yesus, selain Yakobus ada
beberapa saudara laki-laki Yesus yang tidak dibicarakan dalam berbagai sumber
diluar Alkitab.
Kristianitas
Yahudi purba bukan hanya suatu gerakan Yahudi yang tidak berfokus pada pribadi
dan karya Yesus. Sumber-sumber tertua mengarahkan kita kepada Kristianitas
bukan Yesusanitas. Kita melihat bahwa teori populer yang dipromosikan di arena
publik sekarang ternyata tidak cukup probabilitas sejarah.
Klaim Keenam
Makam Yesus telah Ditemukan,
Kebangkitan dan KenaikkanNya
Tidak Terjadi Secara Fisik
Berita yang menyatakan makam Yesus
telah ditemukan dan kebangkitan dan kenaikkanNya tidak terjadi secara fisik,
merupakan klaim yang paling tidak dapat diterima dibandingkan dengan
klaim-klaim sebelumnya. Penyebabnya dapat dijelaskan dengan banyak kesenjangan
logika. Bila klaim ini benar maka tidak ada keunikkan Yesus dan yang bernilai
hanya ajaranNya. Faktanya hipotesis ini sangat tidak mendasar namun menarik
perhatian kita untuk bertanya apakah kita siap untuk menghadapi klaim-klaim
mengenai Yesus seperti ini.
Dapakah
masyarakat mampu membedakan cerita fiksi mengenai Yesus dan kematiannya dengan
ajaran Yesus yang sebenarnya tentang hidup kekal bagi umat manusia yang
didasarkan pada peristiwa-peristiwa hidup Yesus. Karena pilihan untuk
meninggikan Yesus sebagai raja dan upaya mendongkel Yesus dari tahtaNya
merupakan pilihan yang penting.
TANGGAPAN
Isu-isu
yang beredar sekarang membuat orang Kristen menjadi gerah, tatapi isu-isu kontemporer
ini haruslah direspon dengan benar. Sehingga bisa memberikan tanggapan atau
pembelaan terhadap isu-isu tersebut. Buku ini menggambarkan tentang Yesus
kepada masyarakat dan seberapa pengenalan kita tentang Yesus.
Dari
buku ini kita bisa melihat alasan-alasan yang lebih meyakinkan cerita tentang
Yesus dari abad pertama yang menjadi akar dari Kekristenan. Dibandingkan
alasan-alasan dan pembuktian-pembuktian dari ‘cerita-cerita kontemporer’ yang
beredar.
Buku
ini bisa menjadi salah satu referensi bagi orang Kristen untuk mendapatkan
alasan dalam menyikapi dan menanggapi ‘isu-isu kontemporer’ yang beredar
dimasyarakat yang berusaha menurunkan/mendongkel Yesus dari tahtaNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar