BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Perjanjian
Lama, ada dua istilah yang dipakai untuk gereja yang pertama adalah qahal atau
kahal. Qahal diturunkan dari akar kata qal/ kal yang berarti memanggil. Qahal
menunjukkan arti yang sesungguhnya dari pertemuan bersama dari suatu umat. Kata
qahal banyak dijumpai didalam kitab Tawarikh, Ezra dan Nehemia.
Dan kata yang kedua
yaitu ‘edhah yang berasal dari kata ya’adh yang berarti memilih atau menunjuk
atau bertemu bersama di tempat yang sudah ditunjuk/ perjanjian. Kedua kata
dipakai tanpa pembedaan arti walaupun dianggap tidak bersinonim sepenuhnya. Kata
‘edhah banyak dijumpai pada kitab Keluaran, Imamat, Bilangan dan Yosua, namun
tidak dijumpai dalam kitab Ulangan serta kitab Perjanjian Lama yang lainnya.
Kedua kata juga
sering digunakan bersamaan menjadi qehal’edhah yang mempunyai arti kumpulan
jemaat. Kemungkinan arti yang sebenarnya dari gabungan kedua kata ini adalah pertemuan
dari wakil-wakil umat (Keluaran 12:6; Bilangan 14:5; Ulangan 4:10; 18:6; 5:22-23;
1 Raja-raja 8:Yeremia 26:17). Kata sunagoge dalam Septuaginta umumnya
diterjemahkan kata ‘edhah dan sunagoge juga diterjemahkan qahal dalam Pentateuch.
Schuerer
mengungkapkan bahwa Yudaisme masa yang lebih belakangan sudah menunjukkan perbedaan
antara sunagoge sebagai kata yang menunjukkan jemaah Israel sebagai suatu
realitas empiris, ekklesia sebagai nama dari jemaah yang sama secara ideal juga
dipertimbangkan.[1]
Ekklesia sebagai
kata Yunani pertama yang merupakan terjemahan dari qahal dan bagi orang Yahudi
yang berbahasa Yunani kata ekklesia berarti jemaah yang bergabung bersama. Menurut
Ryrie[2]
secara etimologi/asal usul kata kata tersebut seharusnya diterjemahkan dipanggil
bersama bukan dipanggil keluar.
Dalam
Perjanjian Baru juga terdapat dua kata
yang diambil dari Septuaginta yaitu ekklesia dari kata ek dan kaleo yng berarti
memanggil keluar. Kata yang lain adalah sunagoge yang berasal dari kata sun dan
ago yang mempunyai arti datang atau berkumpul bersama. Sunagoge menunjukkan
kepada arti pertemuan ibadah orang Yahudi atau secara umum bangunan dimana
mereka berkumpul dan beribadah. (Matius 4:3; Kisah 13:23; Wahyu 2:9; 3:9).
Ekklesia mempunyai pengertian gereja tetapi juga berarti pertemuan secara umum.
Deissmann menganggap ekklesia sebagai satu perkumpulan
orang-orang (yang dipanggil) dan Tuhan sendiri yang memanggil mereka.[3]
Pengertian
gereja yang beragam sehingga ekklesia yang menunjukkan arti tentang gereja juga
mempunyai arti beragam pula. Tuhan Yesus memakai istilah ekklesia dalam Matius
16:18 menunjuk pada murid-murid yang bersama Dia dan para murid mengenal Dia.
Murid-murid adalah ekklesia dari Tuhan Yesus. Tetapi kemudian ekklesia memunyai
arti yang cukup luas seiring dengan perkembangan dan dinamika gereja. Gereja
lokal yang didirikan dimana-mana juga sebagai ekklesiai karena gereja merupakan
perwujudan dari gereja Tuhan yang universal. Ekklesia dalam buku Dunia
Perjanjian Baru [4]
“... dalam Perjanjian Baru, kata ekklesia hanya digunakan untuk
menyebut pertemuan orang-orang Kristen guna menyembah Kristus.
Pemakaian kata
ekklesia yang paling penting menurut Berkhof [5]:
a.
Ekklesia yang
berarti sekumpulan orang percaya didalam satu tempat yang sama yaitu gereja
lokal, tanpa memandang orang percaya itu datang dengan beribadah atau tidak. Sebagian
ayat yang berisi pengertian tambahan yaitu mereka berkumpul dengan maksud yang
jelas, Kisah 5:11; 11:26; 1Korintus
11:18; 14:19,28,35. Beberapa ayat yang
menunjukkan maksud yang tidak jelas, Roma 16:4; 1Korintus 16:1; Galatia
1:2; 1Tesalonika 2:4.
b.
Ekklesia domestik,
yaitu gereja dalam rumah pribadi seseorang. Jaman para rasul, orang-orang kaya
yang menyediakan ruangan yang besar dalam rumah mereka sebagai tempat ibadah,
Roma 16:23; 1Korintus 16:19; Kolose 4:15; Filemon 2.
c.
Ekklesia yang
berarti sekelompok gereja-gereja, Kisah 9:31. Menunjukkan gereja-gereja Yudea,
Galilea dan Samaria.
d.
Ekklesia yang
berarti keseluruhan tubuh Kristus di seluruh dunia atau kesatuan dari
orang-orang yang beribadah kepada Kristus dan terkumpul dibawah pimpinan
pejabat-pejabat terpilih. 1 Korintus 10:32; 11:22; 12:28.
e.
Ekklesia yang berarti
keseluruhan tubuh orang-orang beriman baik di bumi dan di surga yang
dipersatukan secara spiritual dengan Kristus sebagai Juru selamat. Efesus 1:22;
3:10,21; 5:23-25; 27,32; Kolose 1:18,24.
Dan istilah Alkitab yang lain untuk gereja menurut
Berkhof [6],
yang masing-masing menekankan aspek tertentu:
a.
Tubuh Kristus,
istilah ini digunakan untuk jemaat secara universal (Efesus 1:23; Kolose 1:18)
tetapi juga menunjukkan jemaat tunggal (1Korintus 12:27). Menekankan kesatuan
dari gereja baik lokal maupun universal. Kesatuan yang bersifat organis dan
organisasi gereja yang mempunyai hubungan dengan Tuhan Yesus Kristus sebagai
Kepala yang Mulia.
b.
Bait Roh Kudus atau
Bait Allah, 1Korintus 3:16 gereja di Korintus disebut sebagai bait Allah dimana
Roh Kudus tinggal.
c.
Yerusalem yang
diatas, Yerusalem yang baru, Yerusalem surgawi, (Galatia 4:26; Ibrani 12:22;
Wahyu 21:2, 9, 10. Gereja adalah tempat kediaman Allah, dimana umat Allah
bersekutu dengan Dia.
d.
Tiang atau dasar
kebenaran, Timotius 3:15. Gereja adalah penjaga kebenaran, benteng kebenaran
dan pembela kebenaran terhadap musuh-musuh Kerajaan Allah.
BAB II
LATAR BELAKANG
Apakah gereja itu penting? Menurut Ryrie[7]
“ Gereja ditebus oleh kasih Allah dengan darah AnakNya
sendiri (Kisah 20:28). Gereja dikasihi, dipelihara dan dirawat oleh Kristus
(Efesus 5: 25,29) dan akan IA tempatkan dihadapan diriNya dengan tanpa cacat
didalam kemulianNya pada suatu saat
(ayat 27). Membangun jemaatNya merupakan pekerjaan Kristus yang terutama
didunia sekarang (Matius 16:18) melalui berbagai macam karunia rohani yang Ia
berikan (Efesus 4:12).”
Dalam bahasa
Inggris kata gereja/ church berasal dari gerika kuriakon yang berarti milik Tuhan.
Dalam Perjanjian Baru kata tersebut
digunakan dua kali dalam 1 Korintus 11:20 mengenai perjamuan Tuhan dan dalam
Wahyu 1:10 mengenai hari Tuhan. Kemudian mulai biasa digunakan untuk
menunjukkan tempat atau denominasi atau tanah air yang berhubungan dengan
kelompok orang yang menjadi milik Tuhan.
Beberapa hal yang
perlu diperhatikan sebelum mempelajari gereja dalam Perjanjian Baru, menurut Thiessen[8]
hal itu adalah:
a.
Gereja bukan
kelanjutan dari tatanan lama. Kekristenan bukanlah anggur baru yang dituangkan
dalam kantong yang lama. Tetapi keristenan adalah anggur baru yang dituangkan
dalam kantong yang baru (Matius 9:17). Gereja bukan merupakan kelanjutan dari
tatanan kuno dapat dari beberapahal. Pertama Israel dan gereja bukan merupakan
istilah yang searti. Dan Paulus membedakan antara orang Yahudi, orang Yunani
dan jemaat atau gereja (1 Korintus 10:32). Paulus berbicara tentang gereja
sebagai manusia yang baru (Efesus 2:15) yang terdiri atas orang Yahudi dan
bukan Yahudi yang percaya.
b.
Gereja bukan kelanjutan
dari Sinagoge. Gereja dan Sinagoge banyak persamaannya tetapi bukan berarti
keduannya sama. Dalam Matius 16:18, Yesus mengatakan ” Aku akan mendirikan
jemaat-Ku” perkataan ini tidak menunjuk kepada sinagoge karena sinagoge sudah
ada pada masa itu. Ketika para rasul berkotbah di sinagoge, yang mereka
sampaika bersifat penginjilan yang mengajak orang untuk bertobat dan percaya
Yesus. Bukti-bukti dalam Perjanjian Baru
sekelompok orang yang bertobat mereka membentuk sebuah jemaat lokal yang
terpisah dari sinagoge.
c.
Gereja tidak
berbatasan dengan interregnum/ masa peralihan. Interregnum atau masa peralihan
berawal dari ketika Tuhan Yesus ditolak oleh umatnya sendiri (Matius 13) dan
berakhir kedatangan Tuhan Yesus untuk mendirikan kerajaanNya (Wahyu 19). Tetapi
gereja dimulai dari pentakosta yaitu beberapa waktu setelah masa interregnum
dimulai dan keangkatan gereja akan terjadi sebelum kesengsaraan besar. Hal ini
berarti gereja merupakan bagian dari Kerajaan Allah dan gereja tidak dapat
disamakan dengan Kerajaan Allah.
d.
Gereja bukan suatu
denominasi. Seringkali orang membicarakan denominasi yang ada sebagi
gereja-geraja ternyata tidak ada istilah “gereja” yang seperti itu didalam
Alkitab. Dan menegaskan bahwa denominasinya adalah satu-satunya yang benar,
tetapi harus selalu diingat Firman Allah tidak merestui perpecahan semacam itu (1Korintus
1:11-17). Banyak denominasi tetapi hanya ada satu gereja yang sejati yang
bersifat universal dan semua orang yang ditebus pada jaman ini adalah anggota
tubuh rohani yang satu ini.
e.
Gereja dipahami
dengan dua arti. Pertama gereja yang universal yang terdiri dari semua orang
yang pada jaman ini telah dilahirkan kembali oleh Roh Allah dan oleh Roh yang
sama telah dibaptis menjadi anggota tubuh Kristus (1Korintus 12:13; 1Petrus
1:3,22-25). Kedua gereja lokal. Dalam arti yang lokal istilah “gereja” untuk
menunjuk kepada sekelompok orang-orang percaya yang berkumpul disatu tempat.
Seperti gereja di Yerusalem (Kisah 8:1;11:22), di Efesus (Kisah 20:17), di
Kengkrea (Roma 16:1) dan di Korintus (1Korintus 1:2; II Korintus 1:1).
Menurut Wesley
Brill[9], gereja/jemaat
Kristus adalah suatu perhimpunan orang-orang yang telah bertobat dari dosa-dosa
mereka, dan telah percaya kepada Yesus Kristus, dan telah dilahirkan kembali
oleh pekerjaan Roh Kudus, dan telah dipersatukan dengan Kristus, Kepala mereka,
yang senantiasa menyertai mereka (Yohanes 3:7; Kisah 5:14; 11:24). Gereja/Jemaat
merupakan tubuh Kristus dengan Kristus sebagai kepala, gereja adalah tempat
kediaman Roh Kudus dan gereja di persatukan dengan Kristus sebagai satu tubuh
serta sebagai anak dara yang dipertunangkan kepada Kristus.
Dalam kitab Kisah
Para Rasul, kita akan melihat bagaimana awal dari gereja, kehidupan mula-mula
dari jemaat dan perluasan. penyebaran gereja mula-mula dari Yerusalem, Asia Kecil
hingga Eropa. Kisah kelahiran gereja dalam kitab Kisah Para Rasul merupakan
kelanjutan dari Injil Lukas. Dengan kata lain kisah dalam Injil Lukas
dilanjutkan dalam Kisah Para Rasul dengan Tuhan bangkit dan menampakkan diri
selama 40 hari sambil menyuruh mereka menunggu di Yerusalem untuk mendapatkan
kuasa dari sorga supaya menjadi saksi-saksiNya di Yerusalem, Yudea dan Samaria dan sampai ujung
bumi.
BAB III
GEREJA MENURUT
KISAH PARA RASUL
A.
Kelahiran
Gereja
Peristiwa-peristiwa
Setelah Kebangkitan dan Sebelum Turunnya Roh Kudus
Setelah kenaikkan
Tuhan Yesus ke surga, murid-murid Tuhan Yesus bertekun dalam doa di Yerusalem.
Mereka bersama menantikan Roh Kudus yang dijanjikan dan sesuai dengan nubuatan Yohanes pembaptis. Roh
Kudus yang dijanjikan akan datang dan
memberikan kuasa kepada mereka, dengan
kekuatan Roh Kudus mereka akan menjadi saksi Kristus di Yerusalem, Yudea dan Samaria
dan sampai ke ujung bumi.
Kelompok para Rasul berubah setelah pengkhianatan dan
kematian Yudas, sehingga Petrus yang dengan sendirinya menjadi pemimpin atas
120 orang percaya mengganggap perlu memilih orang untuk menggantikan posisi
yang ditinggalkan Yudas. Dengan persyaratan dia harus merupakan rekan Yesus dan
merupakan saksi dari kebangkitan Tuhan. Kemudian terpilihlah Matias untuk
menggantikan Yudas dengan cara membuang undi.
Turunnya
Roh Kudus
Gereja
yang bisa dikatakan lahir pada hari Pentakosta. Saat seluruh murid-murid
berkumpul yang berjumlah 120 orang. Kemudian ada suatu bunyi yang seperti
tiupan angin keras. Pneuma bisa berarti angin namun juga bisa berarti roh, yang
menjadi lambang keberadaan dari kuasa Roh Kudus yang tidak kelihatan. Dan juga
terlihat lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada
masing-masing murid Tuhan Yesus yang ada dalam ruangan itu. Baptisan ini
merupakan karya Roh Kudus untuk mempersatukkan orang-orang dari berbagai suku
bangsa untuk menjadi satu tubuh Kristus atau gereja.
Saat itu
bersamaan dengan turunnya bunyi itu orang banyak berkerumun. Dan kebingungan
karena mereka mendengar para rasul berbicara dengan bahasa lain yang bisa
dimengerti oleh orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea,
Kapadokia, Pontus dan Asia. Bahasa-bahasa yang biasanya harus diterjemahkan
supaya dapat dimengerti. Orang-orang
dengan logat Galilea Yahudi mampu berbicara berbagai bahasa asing. Bahasa ini
berbeda dengan karunia bahasa Roh yang terdapat dalam 1Korintus 12:14.
Semua
orang yang mendengar termangu-mangu dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi,
mereka memberikan tuduhan bahwa murid-murid mabuk oleh anggur. Kemudian Petrus
memberikan penjelasan kepada orang-orang yang banyak bahwa mereka tidak mabuk
oleh anggur tetapi Roh Kudus yang menguasai para murid seperti yang telah
dinubuatkan oleh nabi Yoel dan dilanjutkan dengan pemberitaan Injil yang pada
dasarnya bahwa Yesus adalah Mesias. Dari
kotbah rasul Petrus ini, sekitar 3000 jiwa ditambahkan.
Dan
repon yang diperlukan adalah bertobat dan memberi diri dibaptis dalam nama
Yesus Kristus. Bertobat adalah berpaling dari jalan dosa dan mengaku Yesus
adalah Mesias. Baptisan merupakan bukti bahwa seseorang bertobat dan
menunjukkan pertobatan dihadapan umum. Pada masa geleja mula-mula orang yang
bertobat langsung dibaptis tanpa penundaan.
Pada masa gereja mula-mula, orang-orang yang bertobat
langsung dibaptis tanpa penundaan.
Cara
Hidup Jemaat/ Gereja mula-mula
Pengajaran
rasul-rasul saat gereja mula-mula adalah pemberitaan tentang kehidupan,
kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus dan arti keselamatan manusia. Jemaat
mula-mula mereka mengasihi satu dengan yang lain, mereka bersekutu sambil
memecahkan roti dan berdoa secara terratur. Mereka mengasihi satu dengan yang
lain sehingga orang-rang yang kaya menjual harta benda mereka untuk dibagikan
untk membantu kebutuhan dari orang-orang percaya yang miskin. Kehidupan saling
mengasihi diwujudkan dalam dukungan mereka kepada orang miskin. Murah hati dan
sukacita menjadi bagian dari hidup dan menjadi ciri kas persekutuan mereka.
Ciri yang lain dari
gereja mula-mula yang dipenuhi oleh Roh Kudus adalah kesatuan. Mereka tidak
segan untuk menyerahkan kekayaan mereka untuk kesejahteraan bersama. Para Rasul
mengawasi pelayanan kasih yang dilaksanakan bukan atas azas kesetaraan tetapi
azas kebutuhan pribadi. Salah satunya yang menjual ladangnya adalah Yusuf yang
berasal dari Siprus.
Dan pada
awalnya orang-orang percaya masih beribadah ke Bait Suci sesuai dengan adat
istiadat orang Yahudi dan mereka tidak mempunyai pikiran untuk memisahkan diri
dari kepercayaan Yudaisme. Persekutuan dan perjamuan orang percaya dilakukan
dirumah-rumah. Dan Tuhan menambahkan jumlah mereka dari hari-kehari.
B. Gereja di Yerusalem
Mukjizat
dan Pengajaran
Pengajaran dan
mukjizat yang khas mewarnai berjalannya
gereja mula-mula, seperti kejadian saat Petrus dan Yohanes ke Bait Allah ada
seorang lumpuh sejak lahir di Gerbang Indah Bait Allah sedang meminta-minta.
Petrus tidak memberikan uang kepada pengemis lumpuh, tetapi memberikan yang
lebih besar yaitu kesembuhan kaki yang lumpuh. Kejadian ini menjadi perhatian
banyak orang dan rasul Petrus memanfaatkan kesempatan ini untuk bersaksi
kebangkitan Tuhan Yesus dan kuasa dari Tuhan Yesus yang menyelamatkan. Keajaiban
dari mukjizat ini terletak pada kenyataan bahwa orang tersebut berusia lebih
dari empat puluh tahun.
Kejadian
kesembuhan orang lumpuh dan pengajaran rasul Petrus membuat imam-imam marah
terutama dari golongan Saduki, karena orang Saduki tidak sepaham dengan
golongan Farisi mengenai penafsiran hukum Taurat dan menolak ajaran tentang
kebangkitan dan tentang adanya malaikat dan setan. Pejabat dan pengawal Bait
Allah yang bertanggung jawab atas ketenangan dan keteraturan Bait Allah
menangkap rasul-rasul ini.
Orang Saduki sangat
marah karena Petrus dan Yohanes begitu gigih memberitakan Yesus yang bangkit
dari orang mati dan karena kebangkitanNya memberikan harapan bagi umat manusia.
Bagi orang Farisi yang percaya tentang kebangkitan orang mati, para Rasul
memberikan landasan baru bagi pengharapan ini. Pengajaran rasul Petrus ini
membuat banyak orang menjadi percaya dan jumlah orang percaya bertambah menjadi
5000 orang laki-laki.
Perlawanan
Pemimpin Yahudi
Dalam kitab Kisah Para Rasul ini dapat dilihat bagaimana orang-orang Yahudi
terutama pemimpin agama Yahudi telah menolak dan menyalibkan Tuhan Yesus dan
mereka menolak Injil tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan naik ke surga seperti
yang diberitakan murid-muridNya. Perlawanan orang Yahudi/pemimpin agama
Yahudi mencapai puncaknya adalah usaha
mereka untuk membunuh rasul Paulus yang berkunjung ke Yerusalem terakhir kali.
Kedua rasul ditangkap dan dibawa ke hadapan Sanhedrin dan dituntut untuk
mengatakan dengan kuasa siapa mereka yang adalah orang awam bertindak dan
mengajar dan hal-hal semacam itu. Kesempatan ini dipakai oleh rasul Petrus
untuk membela diri dan memberitakan Injil. Pembelaan rasul Petrus membuat
Sanhedrin tercengang karena kedua Rasul ini adalah orang biasa tetapi mempunyai
kemampuan berbicara dan kuasa semacam itu. Ketika Petrus dan Yohanes dipanggil
kembali menghadap Sanhedrin, mereka tidak dihukum tetapi diperintahkan untuk
menghentikan semua pemberitaan yang dilakukan dalam nama Yesus.
Saat para rasul di tangkap untuk yang kedua kalinya, mereka dilepaskan
dengan kuasa adikodrati dan kemudian mereka taat untuk memberitakan Injil di
BaitAllah. Kemudian ditangkap dan dihadapkan ke mahkamah agama, tetapi atas
saran seorang ahli Taurat yang bernama Gamaliel mereka melepaskan kembali.
C.
Penganiayaan dan
Penyebaran di Wilayah Palestina (Kisah 6:1-12:25)
Pada awal tidak
kelihatan tanda-tanda yang mengarah untuk memberitakan Ijnjil keseluruh dunia,
karena mereka tetap tinggal di Yerusalem. Pemberitaan Injil hanya kepada
orang-orang Yahudi yang tinggal di Yesusalem. Tetapi kemudian ada peristiwa
yang membawa mereka untuk memberitakan Injil keluar dari Yerusalem yaitu
penganiayan yang muncul disekitar Stefanus. Perluasan gereja mulai keseluruh
Yudea dan Samaria.
Tujuh Diaken
Gereja pada awalnya tidak mempunyai
organisasi dan pengurus yang formal untuk menjalankan rencana kecuali para
Rasul. Pertumbuhan gereja dan semakin besar jumlah jemaat yang ada menimbulkan
banyak dan bermacam-macam persoalan sehingga mengharuskan mereka mengorganisasi
dan menyusun kepengurusan serta para pemimpinnya.
Salah satu
masalahnya orang Yahudi yang menjadi percaya berbahasa Aram tetapi orang Yahudi
diluar Palestinan mereka memakai bahasa Yunani dan banyak orang Yahudi diaspora
yang kembali ke Yerusalem. Munculah persoalan antara orang Yahudi yang
berbahasa Aram dengan orang Yahudi yang berbahasa Yunani, dan terjadi pilih
kasih antar keduanya terutama dalam pelayanan pembagian makanan untuk para
janda. Para janda tidak mempunyai sarana penunjang kehidupan sehingga mereka
mendapat kebutuhan pokok dari jemaat.
Langkah para rasul
adalah mengumpulkan seluruh jemaat dan menunjuk tanggungjawab untuk
memperhatikan orang miskin dan beban ini sudah menyita waktu dan perhatian
mereka. Mereka mengurusi pelayanan jasmaniah tetapi melalaikan pelayanan
Firman. Maka mereka mengusulkan tujuh orang yang dipenuhi Roh dan terkenal
baik, untuk mengurusi pembagian makanan. Sehingga mereka para rasul sepenuhnya
pada pelayanan doa, kotbah dan pengajaran Firman. Mereka bertujuh merupakan
pejabat pertama dari gereja mula-mula dan mereka dinamakan diaken. Salahsatu
dari ketujuh adalah Stefanus.
Stefanus sebagai
Martir dan Penganiayaan Gereja
Stefanus adalah
orang yang cepat dikenal dan sebagai orang yang penuh kuasa dan karunia. Dia
bersaksi bahwa Yesus Kristus adalah Mesias dirumah-rumah ibadah Yahudi/
sinagoge di Yerusalem yang dihadiri oleh orang-orang Libertini. Sebuah sinagoge beranggotakan kurangg lebih
sepuluh orang Yahudi yang dikumpulan
untuk membaca dan menafsirkan ayat-ayat Alkitab. Pelayanan Stefanus
menimbulkan perdebatan yang tajam dan
ketika orang-orang Yahudi yang bersoal jawab tidak mampu perdebatan,
orang-orang ini menghasut orang untuk mengatakan bahwa sang diaken ini
mengucapkan hal-hal yang menghujat hukum Musa dan Allah.
Stefanus diseret
dihadapan Sanhedrin untuk mempertanggungjawabkan tuduhan-tuduhannya. Stefanus
bukan suatu penyanggahan terhadap tuduhan-tuduhan yang dilancarkan kepadanya,
tetapi lebih merupakan suatu penegasan positif terhadap kesaksiannya tentang
Yesus Kristus dan Injil. Tetapi sebaliknya
Stefanus menuduh orang-orang Yahudi sebagai menghujat Allah, mereka
menjadi marah secara tidak terkendali. Stefanus tidak terpengaruh dengan
kemarahan Sanhedrin dan Allah memberikan penglihatan kepadanya berupa langit
terbuka dan Anak Manusia berdiri disebelah kanan Allah. Hal ini adalah
penegasan Yesus yang diberitakannya telah menjadi Anak Manusia yang ada
disebelah kanan Allah.
Stefanus diseret
keluar dan mereka melemparinya sampai mati. Menjelang kematiannya Stefanus
berbicara kepada Tuhan Yesus untuk menerima rohnya dan mengajukkan permohonan
untuk mengampuni orang-orang yang membunuhnya.
Hingga masa ini
gereja tidak ada kecenderungan untuk memberitakan Injil keseluruh dunia dan
para Rasul masih tinggal di Yerusalem untuk menjaga stabilitas. Tokoh yang
digunakan oleh Allah untuk penganiayaan gereja setelah kematian Stefanus adalah
Saulus dan menjadi jalan Injil keluar dari Yerusalem.
Pemberitaan Injil di Samaria
Orang Samaria adalah campuran dari golongan
sisa Israel dengan bangsa asing yang ditempatkan oleh bangsa Asyur yang pernah
menaklukkan bangsa Israel. Dan orang Samaria mendirikan bait suci tandingan di
gunung Sikhem. Orang-orang Yahudi menganggap orang Samaria sebagai suku
campuran secara keturunan dan secara agama.
Amanat agung Tuhan
Yesus adalah Injil kerajaan Allah, dan memerintahkan murid-muridNya untuk
memberitakan Injil keseluruh dunia. Filipus ke Samaria untuk memberitakan Injil
tentang Kerajaan Allah. Rasul-Rasul di Yerusalem menjalankan peranan dalam
pengawasan bagi seluruhh gereja, oleh karena itu mereka mengutus Petrus dan
Yohanes ke Samaria untuk memeriksa perkembangannya. Petrus dan Yohanes
mengetahui bahwa karunia Roh Kudus yang diterima pada hari Pentakosta belum
dialami oleh orang Samaria yang sudah bertobat. Orang samaria telah menerima
baptisan air tetapi mereka belum menerima baptisan Roh Kudus dan kesua Rasul
menumpangkan tangan kepada mereka dan mereka menerima baptisan Roh Kudus. Kedua
rasul terlibat teribat dalam penginjilan dengan penuh semangat dan mengunjungi
banyak desa di Samaria, setelah selesai mereka kembali ke Yerusalem.
Pertobatan
Sida-sida Etiopia
Perluasan gereja di
luar latar belakang Yahudi dengan bertobatnya sida-sida dari Etiopia. Sida-sida
dipekerjakan di dunia timur sebagai pejabat yang berkedudukkan yang tinggi.
Raja Etiopia dianggap sebagai putera matahari sehingga dianggap terlalu suci
untuk menjalankan berbagai fungsi pemerintahan secara aktual. Ibu suri yang
dijuluki Sri Kandake yang melaksanakan kewajiban itu. Sida-sida mungkin bukan
orang Yahudi atau mungkin meyakini Yudaisme, yang kemudian melakukan ziarah ke
Yerusalem. Sida-sida dalam Perjanjian Lama tidak akanmendapat bagian dalam
anggota umat Allah, tetapi orang semacam ini harus menerima Injil. Dengan kerta
tertutup mereka membaca terjemahan kitab nabi Yesaya. Orang zaman itu membaca
dengan keras dan Filipus mendengar sida-sida itu membaca kitab nabi Yesaya. Filipus menunjukkan kepada sida-sida itu bahwa nas
tersebut adalah nubuat tentang Yesus, Dia datang untuk melayani dan menyerahkan
nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang. Di timur laut Gaza terdapat sebuah
wadi atau lembah dengan air yang mengalir. Penjelasan Filipus tampaknya
mencakup suatu tantangan untuk percaya kepada Yesus dan dibaptiskan, sebab
sida-sida itu minta dibaptiskan oleh Filipus. Salah satu tulisan Kristiani abad
pertama, yaitu Didakhe (sekitar tahun 125 M), mengatakan bahwa baptisan
sebaiknya dilaksanakan di dalam air yang mengalir apabila hal itu dimungkinkan.
Kita tidak tahu apa
yang selanjutnya terjadi pada sida-sida itu, tetapi tradisi mengatakan bawah
dia menjadi seorang penginjil bagi bangsanya sendiri. Filipus kemudian
mengunjungi Asdod yang terletak sekitar dua puluh mil di utara Gaza, dan
kemudian mengadakan perjalanan di sepanjang pantai utara, memberitakan Injil di
berbagai kota, mungkin termasuk di Lida dan Yope. Dia kemudian sampai di
Kaisarea di mana dia rupanya tinggal menetap, sebab dia belakangan tercatat
tinggal di situ. Kaisarea adalah kota orang bukan Yahudi dan tempat tinggal
resmi para gubernur Romawi untuk Yudea.
Pertobatan Saulus
Pada saat Injil
mulai keluar menjangkau orang yang bukan Yahudi, Tuhan mempersiapkan alat
pilihan untuk menjadi alat utama dalam melakukan misi ini. Alat yang
dipersiapkan adalah Saulus. Saulus lahir di Tarsus di tanah Kilikia yang bukan
Yahudi. Dia belajar di Yerusalem pada seorang rabi bernama Gamaliel seorang
yang terkemukapada masa itu. Tujuan Saulus adalah memaksa orang percaya untuk
menyangkal imannya dengan ancaman hukuman penjara bahkan hukuman mati. Saulus
mendapat darii imam besar surat ekstradisi kepada majelis-majelis Yahudi di
Damsyik untuk membawa kembali orang Kristen yang melarikan diri untuk kembali.
Saulus adalah orang yang paling gigih dalam menganiaya gereja mula-mula.
Dalam perjalanan ke
Damsyik Saulus mendapat kilatan cahaya ditengah hari dan lebih terang dari
matahari. Suara yang muncul ditengah-tengah cahaya itu berbicara kepada Saulus
dalamdialek Ibrani atau Aram. Sekalipun sebagian besar orang Yahudi yang hidup
pada zaman diaspora berbicara dalam bahasa Yunani, tetapi orangtua Saulus
berbicara dalam bahasa Aram. Dan bahasa ini yang biasa dipakai untuk mengajar
di sekolah-sekolah para rabi di Yerusalem. Pada mulanya ia tidak mengerti
pengalaman ini tetapi kemudian menanyakan pemilik suara itu. Dan suara itu
memperkenalkan sebagai Yesus Kristus. Pengalamn ini menggoncangkan Saulus dan
ia selama tiga hari tidak makan dan minum. Itu awal pertobatan Saulus yang
kemudian dipanggil juga Paulus.
Pelayanan
Petrus di Palestina dan Jemaat-jemata dari bangsa bukan Yahudi
Pelayanan gereja
mulai meluas dan Injil mulai diberitakan keseluruh Yudea melalui pelayanan
Rasul Petrus. Petrus menyembuhkan Eneas di Lida dan seluruh daratan Saron,
disini orang banyak bertobat dan di daerah ini banyak tinggal orang-orang yang
bukan Yahudi. Selain itu di Yope ada seorang bernama Dorkas yang disayangi oleh
orang Kristen karena perbuatan-perbuatannyayang baik meninggal dan Petrus
mendoakan perempuan dan dibangkitkan dari kematian. Pertobatan Kornelius
seorang perwira Romawi dan bukan orang Yahudi menjadi catatan penting. Langkah ini
menimbulkan berbagai masalah yang sulit tentang syarat-syarat pergaulan sosial
di antara orang-orang Kristen Yahudi dan orang-orang Kristen bukan Yahudi dan
syarat-syarat penerimaan orang-orang bukan Yahudi itu ke dalam gereja.
Persoalan ini menjadi pokok pembahasan dalam konferensi di Yerusalem.
Petrus dipanggil ke Yerusalem dan
beberapa orang Kristen Yahudi berdebat dengan kelayakan untuk memasuki
persekutuan yang bukan Yahudi makan bersama mereka. Perdebatan yang tajam
karena permasalahan ini dalam orang-orang Kristen Yahudi.
Menurut Wycliffe adalah
Menurut Wycliffe adalah
“Khotbah Petrus merupakan contoh pertama kita tentang
pemberitaan Injil kepada orang bukan Yahudi. Di dalam khotbah tersebut terdapat
sangat sedikit renungan mengenai makna Oknum Kristus, tidak ada penekanan atas
masa pra-keberadaan-Nya, penjelmaan-Nya, dan keilahian-Nya, atau atas sifat
mendamaikan yang terkandung dalam kematian-Nya. Khotbah itu sungguh-sungguh
suatu "Kristologi kuno," dan terutama terdiri dari pemberitaan
tentang kematian, kehidupan dan kebangkitan Yesus, serta undangan untuk
mempercayai Dia agar memperoleh pengampunan dosa.”
Pendirian
Gereja yang bukan Yahudi di Antiokhia
Perkembangan gereja memasuki babak
baru dari persekutuan Yahudi di Yerusalem menjadi masyarakat yang universal.
Penerimaan orang Samaria didalam gereja dan pertobatan keluarga Kornelius yang
bukan Yahudi. Namun perkembangan gereja lebih lagi dengan permulaan dari suatu
jemaat yang bukan Yahudi yang berdiri sendiri dan menjadi pusat bagi misi
gereja untuk orang-orangg yang bukan Yahudi yang di Asia dan Eropa.
`
BAB IV
PENUTUP
Dengan melihat
dinamika gereja menurut Kisah Para Rasul, dapat kita belajar bahwa gereja
merupakan persekutuan orang-orang kepada Tuhan. Dan Roh Kudus yang memberikan
kekuatan kepada gereja.
Gereja memerlukan oraganisasi
dan pengurus untuk mengelola apa yang dipercayakan Tuhan kepada gereja. Dengan
menempatkan orang-orang yang takut akan Tuhan dan menjadi teladan dalam
kehidunpannya.
Tuhan bisa memakai
berbagai cara untuk melakukan rencanaNya, termasuk penganiayaan dengan tujuan
bagi perluasan pekabaran Injil. Dan bisa memakai orang-orang yang tidak
menyukai orang percaya menjadi seorang pelayan Tuhan yang luar biasa, seperti
Paulus.
Konflik didalam
gereja bisa terjadi dan menjadikan gereja dewasa dalam menghadapi
perubahan-perubahan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
-------, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih Cetakan ke 13, 2001.
Charles C. Ryrie, Teologia Dasar 2, Yogyakarta: Yayasan ANDI Cetakan ke 9,
2005.
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia Cetakan ke 8,
2003.
Dwi Gatot Suprasetya, Pdt.,S.E.,S.P., Th. M, Intisari Teologia Sistematika
Diktat Kuliah, Program M.A. STTIH Semarang.
Henry C. Thiessen, Teologia Sistematika, Malang: Yayasan Penerbit Gandum
Mas Cetakan ke 5, 2000.
J. Wesley Brill, Dasar Yang Teguh, Bandung: Yayasan Kalam Hidup Cetakan ke
17, 2004
Louis Berkhof, Teologi Sistematika Vol. 5 Doktrin Gereja, Surabaya:
Penerbit Momentum Cetakan ke 7, 2008.
Merrill C Tenney, Survei Perjanjian Baru, Malang: Yayasan Penerbit Gandum
Mas Cetakan ke 6, 2001.
Ola Tuluan, Rev, Ph.D., Introduksi Perjanjian Baru, Malang: Departemen
Literatur YPPI Cetakan ke 2, 1999.
Philip Johnson, IVP Introduction To The Bible, Bandung: Yayasan Kalam Hidup
Cetakan ke 1, 2011.
Walter M. Dunnet, Ph.D., Pengantar Perjanjian Baru, Malang: Yayasan
Penerbit Gandum Mas Cetakan ke 8, 2001.
J.I. Packer, Merril C. Tenney, William White, Jr., Dunia Perjanjian Baru,
Surabaya: Penerbit YAKIN Cetakan ke 4, 2004.
[1] Louis Berkhof, Teologi Sistematika Vol. 5 Doktrin Gereja,
Surabaya: Penerbit Momentum Cetakan ke 7, 2008. Halaman 6.
[3] Louis Berkhof, Teologi Sistematika Vol. 5 Doktrin Gereja,
Surabaya: Penerbit Momentum Cetakan ke 7, 2008. Halaman 7.
[4] J.I. Packer, Merril C. Tenney, William White, Jr., Dunia
Perjanjian Baru, Surabaya: Penerbit YAKIN Cetakan ke 4, 2004. Halaman 169.
[5] Louis Berkhof, Teologi Sistematika Vol. 5 Doktrin Gereja,
Surabaya: Penerbit Momentum Cetakan ke 7, 2008. Halaman 8-9.
[6] Louis Berkhof, Teologi Sistematika Vol. 5 Doktrin Gereja,
Surabaya: Penerbit Momentum Cetakan ke 7, 2008. Halaman 9-10.
[8] Henry C. Thiessen, Teologia Sistematika, Malang: Yayasan
Penerbit Gandum Mas Cetakan ke 5, 2000. Halaman 473- 478
[9] J. Wesley Brill, Dasar Yang Teguh, Bandung: Yayasan Kalam
Hidup Cetakan ke 17, 2004. Halaman 268
Pengasug website ato pengarangartikel ini, mo tanya nih, apa ada catatan sejarah mengenai ARAH menghadapnya gereja seluruh dunia misal kearah Yerusalem seperti juga dalam agama Islam menghadap central ke Mekkah ?
BalasHapusPengasug website ato pengarangartikel ini, mo tanya nih, apa ada catatan sejarah mengenai ARAH menghadapnya gereja seluruh dunia misal kearah Yerusalem seperti juga dalam agama Islam menghadap central ke Mekkah ?
BalasHapusDalam Yohanes 4:21-26
Hapusohanes 4:21-26
4:21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
4:22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.
4:23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
4:24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
4:25 Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami."
4:26 Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau."
arah menghadapnya gereja tidak ada, arah penyembahannya ke Yesus Kristus.
dan tidak berdasarkan lokasi.
terima kasih.