ADMINISTRASI
DAN MANAJEMEN KEUANGAN GEREJA
BAB
I
PENDAHULUAN
Gereja adalah debuah sistem yang
menjalankan funngsinya secara dinamis, karena gereja merupakan suatu kehidupan
bersama yang dipengaruhi oleh lingkungannya dan sekaligus mempengaruhi
lingkungannya[1]
. Gereja sebagai sebuah sistem tntulah
perlu diolah kinerjanya dan dimanajemen sebagaimana seharusnya sehingga
visi,misi, tujuan dan sasaran gereja dapat dicapai.
Gereja merupakan lembaga non
profit yang didalamnya terdapat kegiatan manajemen dan administrasi yang
meliputi sumber daya manusia, program pelayanan/ kerja dan keuangan yang terus
berubah. Perubahan data jemaat, data keuangan dan pelayanan memerlukan
pengelolaan.
Kegiatan manajemen dan
administrasi didalam gereja pada umumnya meliputi:
1. Manajemen
untuk pengerja gereja, penggajian karyawan kantor, karyawan tidak tetap dan
sebagainya.
2. Jadwal
kegiatan jemaat dan jadwal pengurus, penerimaan sumbangan uang dan barang.
3. Pendataan
jemaat beserta anggota keluarga, baptis, kematian, pernikahan, atestasi dan
perannya dalam pelayanan.
4. Keuangan
berupa jumlah persembahan, jenis persembahan, pengeluaran dana untuk program
atau kegiatan serta pengeluaran rutin.
Dasar
pengaturan manajemen keuangan gereja bisa didapatkan dari Maleakhi 3: 10a “ Bawalah seluruh persembahan perpuluhan itu
ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu”. Hal itu pasti diperlukan orang-orang yang mengatur dan manajemen dan administrasinya
seperti halnya yang dilakukan para ke-12 murid Yesus untuk
kepentingan-kepentingan pengikut-pengikutNya pada saat itu. Laporan keuangan tersebut dibuat berdasarkan pengolahan manajemen
sebagai bentuk tanggung jawab dan transparansi gereja yang berorientasi moral
dan iman.
Kisah para rasul 4:34b-35 : karena
semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan
hasil penjualan itu mereka bawa dan
mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang
sesuai dengan keperluannya”. Ayat-ayat
ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai orang-orang yang mengatur keuangan untuk
keperluan diakonia atau pelayanan manifestasi iman percaya kepada Mesias.
Dengan demikian semakin jelas
bahwa gereja memerlukan orang-orang yang bertugas mengatur dalam manajemen dan
administrasi gereja dan melaporkan secara terttulis aktivitas tersebut berupa
laporan keuangan
BAB
II
KETENTUAN
UMUM
Pengertian Manajemen
Istilah manajemen berasal dari kata
dalam bahasa Inggris “to manage” yang berarti “to control”. Dalam bahasa Indonesia hal ini berarti
mengendalikan, menangani atau mengelola.
Jadi manajemen artinya pengelolaan, pengendalian atau penanganan serta
perlakuan secara terampil untuk menangani sesuatu (skillful treatment) dalam
rangka mencapai tujuan tertentu. Arti
leksikalnya menurut KBBI adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran/tujuan dengan kata lain proses mencapai tujuan dengan car
kerja yang sistematik.
Manajemen bukan hanya merupakan
suatu keahlian dalam mengelola namun manajemen juga adalah suatu alat dalam
pengelolaan, sehingga dalam pelaksanaannya dibutuhkan pengalaman. Manajemen sebagai proses mencapai tujuan pada
dasarnya menjalankan 4 fungsi dasar yaitu :
1.
Planning (perencanaan)
2.
Organizing (pengorganisasian)
3.
Actuating (pelaksanaa)
4.
Controlling (pengawasan dan pengendalian)
Didalam manajemen secara umum
inilah manajemen keuangan menjadi salah satu bagiannya. Sehingga manajemen keuangan juga memiliki 4
proses untuk mencapai tujuannya. Dalam
proses perencanaan Manajemen keuangan merumuskan tindakan –tindakan yang
dianggap perlu dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan sesuai dengan
maksud dan tujuan yang ditetapkan.
Proses Pengorganisasian dalam pendekatan
klasik akan memberikan perbedaan yang besar untuk organisasi komersil (profit
oriented) dengan organisasi nirlaba (non profit oriented). Organisasi nirlabapun dibedakan dalam 5
bagian yaitu : organisasi pelayanan,
organisasi ekonomi, organisasi keagamaan, organisasi perlindungan dan
organisasi pemerintah. Setiap jenis
organisasi tersebut membutuhkan perlakuan yang khas, oleh karena itu
pengorganisasian dari setiap jenisnya juga bersifat khas, termasuk dalam
gereja. Kekhasannya akan nampak adalam
struktur organisasinya, sistem birokrasi dan administrasinya dan mekanisme atau tata kerjanya.
Dalam proses Pelaksanaan hampir
sama semuanya membutuhkan staffing, motivating, directing, coordinating dan
leading (pembentukan staff, memberikan motivasi, memberikan pengarahan,
memobilisasi dan mengkoordinasikan orang lain untuk emlakukan apa yang sudah
direncanakan ).
Proses pengawasan dan
pengendalian manajemen keuangan akan melaksanakan penetapan standar guna
mengukur kinerja beserta hasilnya, mengukur dan membandingkan kinerja dan
hasilnya dengan rencana yang telah ditetapkan secara keuangan dan
mengambil/mengusulkan tindakan perbaikan
apabila hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan perencanaan.
Peraturan Pemerintah dan Kondisi Lapangan
Gereja termasuk dalam jenis
organisasi nirlaba yaitu organisasi-organisasi yang tidak bertujuan mencari
keuntungan melainkan untuk usaha-usaha yang bersifat sosial (Sumarni dan
Soeprihanto, 1998:64). Sesuai dengan
PSAK no 45 2008 tentang organisasi nirlaba, bahwa organisasi nirlaba harus dan
berhak membuat laporan keuangan dan melaporkan kepada para pemakai laporan
keuangan.
Kalangan pemerintah mensyaratkan
bahwa bantuan dana yang berasal dari pemerintah harus dipertanggungjawabkan,
demikian pula dana dari para donatur perorangan. Pemerintah telah memulai meminta kepada
organisasi yang dibantu untuk memberi pertanggungjawaban atas penggunaan
bantuan yang mereka terima (Mahsun, 2007:219).
Dalam masyarakat yang semakin maju dan meningkatnya pendapatan hal ini
berimbas pula dengan semakin banyaknya aliran dana bantuan, sehingga sudah
mulai terasa bahwa masyarakat sedang mendesak organisasi nirlaba agar turut
memberikan pertanggungjawaban atas dana-dana yang diperoleh dari masyarakat
sekalipun bersifat sukarela.
Bentuk pertanggung jawaban atas
tuntutan tersebut adalah laporan keuangan yang harus dipersiapkan oleh
organisasi penerima bantuan dana.
Tuntutan akan akuntabilitas yang memadai untuk organisasi non laba
khususnya gereja bukanlah hal yang mudah sebab menurut Susabda (1997:1) ada
pemimpin gereja yang sudah merasa cukup bertanggung jawab dengan hanya
melaksanakan dan memimpin tugas rohani di gerejanya seperti khotbah memimpin
pelayanan persekutuan doa dsb. Sehingga
mayoritas dalam kehidupan iman jemaat terdoktrin secara pribadi bahwa
pertanggung jawaba secara lisan atau tulisan untuk kolekte sebagai salah satu
sumber diakonia dirasa menunjukkan ketidakikhlasan jemaat dalam memberikan
sebagian kecil dari rejekinya.
Dengan asumsi sagala sesuatu yang
diberiukan untuk kemulilaan Allah mutlak harus diberikan dengan hati yang
ikhlas yang dimanifestasikan dengan tanpa mempermasalahkan ataupun meminta
hasil pertanggung jawaban kolekte tersebut baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini membuat manajemen keuangan tidaklah
terlalu dibutuhkan di dalam gereja atau pembuatan laporan keuangan yang
asal-asalan.
Uang dan Harta Benda Gereja
Uang dan harta benda gereja
merupakan sumber daya yang besar dan sangat berpengaruh dalam pelaksanaan
pekerjaan/pelayanan gereja. Oleh karena
itu oengelolaan yang baik terhadap sumber daya ini tidak boleh diabaikan . Uang dan harta benda gereja pada dasarnya
adalah talenta yang dipercayakan Tuhan kepada Gereja (band Mat 25:14-30). Pengelolaan yang baik akan memberikan manfaat
ytang sebesarnya bagi kemuliaan Tuhan dan penggunaannya harus
dipertanggungjawabkan dengan sungguh-sungguh.
Manajemen Keuangan
Sekalipun gereja berbeda dengan
organisasi komersial yang lainnya, namun dalam penataan keuangan tetaplah harus
dapat dipertanggungjawabkan sama seperti pada organisasi komersial. Semua pengurus gereja yang terlibat
didalamnya mengerti bahwa mereka terseleksi secara ideal mempunyai tujuan yang
tulus untuk mendukung organisasi guna mencapai tujuannya dan untuk masalah
manajemen keuangan mereka diasumsikan secara serius ikut serta
mempertanggungjawabkannya.
Karena pengaturan manajemen
keuangan yang baik akan memberikan informasi berkelanjutan yang berguna
memberikan gambaran apakah tujuan itu dapat atau sudah terealisasikan. Sehingga banyak pihak dari pelaksana, ataupun
pihak sasaran yang akan diuntungkan serta berharap untuk memperoleh manfaat
yang dijanjikan gereja bisa mendapatkan
informasi mengenai sasaran yang berhasil diraih oleh gereja.
Dengan adanya manajemen keuangan
maka akan banyak hal ataupun kegiatan yang bisa didukung dan diatur dan bahkan
disajikan informasi (yang menampilkan manfaat atau hasil yang diraih yang
didenominasikan dalam besaran uang) kepada penyedia sumber dana yang ada dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk mengambil keputusan rasional dalam
pengalokasian sumber daya kepada entitas nirlaba.
Manajemen keuangan akan
memudahkan gereja merencanakan dan melaksanakan program-programnya sehingga
mudah bagi gereja untuk menunjukkan tingkat akuntabilitasnya tidak hanya kepada
Tuhan tetapi juga kepada para donatur baik dari pihak dalam maupun dari pihak
luar gereja. Tingkat akuntabilitas yang
memadai akan semakin meningkatkan kepercayaan umat dan para donatur untuk
memberikan batuan amalnya guna mendukung program-program gereja.
Seiring melesatnya perkembangan
gereja dan jemaatnya maka diperlukan pertanggungjawaban yang baik atas laporan
keuangan dalam manajemen gereja. Dengan
manajemen keuangan yang baik gereja dapat mempertanggungjawabkan atas setiap
dana-dana yang diterima kepada donatur gereja yang sebagian besar adalah jemaat
anggota gereja itu sendiri.
BAB
III
PENYELENGGARAAN
DAN PENGELOLAAN
Seringkali karena gereja merupaka
suatu organisasi nirlaba maka kelemahan yang terjadi dalam manajemen keuangan
gereja adalah :
1.
Berkaitan dengan sumber daya manusia yaitu
bendahara bukanlah pelaku ataupun ahli keuangan. Orang yang tepat ditempat yang tepat sangat
jarang bisa diterapkan dalam menentukan perangkat pengelola keuangan
gereja. Bisa siapa saja yang dipilih
melalui penunjukkan oleh semacam forum rapat untuk menjadi bendahara/staf
pembantu pengelola keuangan dengan syarat-syarat yang lebih bermuatan unsur non
akademik/spesifikasi keahlian atau kecakapan tentang keuangan.
2.
Prioritas program kerja yang relatif
terpaku pada rutinitas tradisi gereja sehingga tidak memiliki prioritas program
pelayanan yang kekinian, keragaman program-program gereja yang terus berkembang
akan tentu saja berpengaruh terhadap rencana pengelolaan keuangan gereja.
3.
Keseimbangan neraca keuangan. Manajemen keuangan gereja yang tidak seimbang
dan didominasi pengeluaran tekhnis untuk memenuhi kebutuhan pendukung dimana
angkanya dapat lebih besar dari program pokoknya (komitmen untuk melaksanakan
program kerja). Hal ini berkaitan dengan
masalah teknis perkembangan situasi dilapangan dan membutuhkan dana
cadangan/dana tak terduga. Pengelola
keuangan gereja harus bisa membuat pos-pos yang efisein dan efektif untuk
memuat kebutuhan yang kompleks dan tidak berhenti pada neraca negatif yang
artinya lebih besar pasak daripada tiang sehingga menyebabkan kekurangan dana
dan program kerja tidak terlaksana atau bahkan akhirnya menjadi beban jemaat
hanya karena kesalahan perhitungan pada saat perencanaan anggaran.
Maka diperlukan penyelenggaraan
dan pengelolaan yang tepat bagi gereja untuk memanajemen kegiatan termasuk
memanajemen keuangannya.
Rencana kerja
dan anggaran.
Yang
menjadi pedoman dari setiap perencanaan , gereja adala visi, misi dan tujuan
gereja. Penyusunan program dan kegiatan berdasarkan departemen atau
bidang-bidang dalam organisasi gereja harus disesuaikan dengan kemampuan
keuangan. Dalam menyusun rencana kerja organisasi gereja perlu diperhatikan
tujuan utama gereja.
Dalam
menyusun rencana kerja dapat dilakukan secara bertahap yang dijabarkan melalui
program dan kegiatan setiap tahunnya , yang didukung dengan anggaran yang
sesuai dengan kemampuan organisasi gereja sehingga mampu meningkatkan kinerja
dan efisiensi kegiatan setiap departemen.
Manfaat
dari penyusunan rencana kerja secara bertahap adalah[2]:
a.
Terkoordinasinya hubungan RPJP
(Rencana Program Jangka Panjang), RPJM (Rencana Program Jangka Menengah), RKT
(Rencana Kerja Tahunan) dan kegiatan dengan pengalokasian anggaran.
b.
Menghindarkan tumpang tindih dan duplikasi program/
kegiatan dari masing-masng bidang yang berbeda fungsi dan tanggung jawabnya.
c.
Memudahkan pengaturan pendanaan
program/ kegiatan yang bersifat lintas fungsi, lintas bidang, lintas lokasi/
daerah dan lintas kepentingan.
d.
Menjamin kepastian ketersediaan
anggaran dan pemanfaatan sumberdaya secara efisien, efektif dan bertanggung
jawab.
e.
Dapat mengutamakan kebutuhan yang
dianggap lebih priotitas untuk dilakukan terlebih dulu, dengan menyesuaikan
anggaran yang tersedia.
f.
Dapat mengukur tingkat keberhasilan
pada waktu tertentu dengan melihat kebutuhan anggaran yang masih harus
disediakan, efisiensi dapat ditekan.
Gereja
harus membelanjakan uang. Gereja membelanjakan uang untuk mendukung pelayanan
dan misi. Untuk itu perlu direncanakan pengeluarannya. [3] Menurut
Walz ada beberapa hal yang penting :
1.
Sifat anggaran. Setiap departemen atau
komisi memerlukan anggaran pendapatan belanja seperti Sekolah minggu, pemuda,
ibadah dan kelompok lain. Demikian juga dengan anggaran khusus seperti
pembangunan gedung gereja memerlukan anggaran yang terpisah. Anggaran biasanya
berlaku satu tahun kalender kecuali anggaran khusus bisa beberapa tahun yang
dimulai dari awal pelaksanaan proyek.
2.
Mempersiapkan anggaran. Seseorang perlu mempersiapkan anggaran
biasanya adalah bendahara, untuk departemen atau komisi biasanya ketua atau
bendaharanya. Beberapa bulan sebelum tahun fiskal dimulai, staf anggaran/ bendahara
mengirimkan surat tertulis tentang rencana anggaran. Dan bila sudah
dikembalikan akan digabungkan oleh staf anggaran. Bila melebihi dari anggaran
sebelumnya dilaporkan ke sidang jemaat/ majelis untuk negoisasi.
3.
Menggunakan anggaran. Komunikasi
antara staf anggaran dan kepala komisi sangat penting supaya anggaran dapat
dipergunakan secara efektif.
4.
Pembelian yang terkendali. Pembelian
harus diawasi supaya pembelian-pembelian sesuai dengan yang disetujui. Mereka
yang mengetahui anggaran diharapkan mereka juga mengetahui dimana melakukan
pembelian atau jasa yang terbaik dari pengeluaran dana.
5.
Penyesuaian anggaran. Bukan hal yang
luar biasa bila biaya tak terduga timbul. Bila hal ini terjadi staf anggaran
atau gereja memungkinkan untuk menyesuaikan anggaran.
Penganggaran
Berbasis Kinerja
Penganggaran
organisasi gereja biasanya berpedoman pada anggaran tahun sebelumnya. Dengan
dasar pemikiran situasi dan kondisi yang ada serta kebijakan organisasi yang
stabil, maka penyusunan rencana anggaran diusulkan setidaknya sama dan paling
banyak mengalami kenaikan sebesar 25% dari tahun berjalan. Asumsi lainnya penerimaan juga akan meningkat
sebesar 10-50% tergantung perkembangan pada saat rencana anggaran disusun.
Dalam
penyusunan anggaran hendaknya berbasis kinerja maksudnya adalah setiap kegiatan
harus mengutamakan hasil atas anggaran yang sudah dialokasikan. Hal ini akan mengarahkan setiap kegiatan
berdasarkan pada rencana disamping itu setiap bidang pelayanan akan lebih
selektif dalam menetapkan kegiatan.
Adanya koordinasi dengan setiap bidang pelayanan saat penyusunan rencana
akan menghindari duplikasi anggaran, adanya peningkatan kualitas organisasi,
efisiensi dan optimalisasi sumber daya organisasi gereja.
Fungsi
lain dari penyusunan anggaran berbasisi kinerja akan membawa gereja untuk
mengacu kepada Rencana Jangka Panjang, Rencana Kerja Jangka Menengah dan
Rencana Kerja Tahunan yang semuanya bermuara kepada terwujudnya visi, misi
organisasi gereja. Pada akhirnya sasaran
kegiatan dapat diukur karena sudah disesuaikan dengan program dan kegiatan
serta anggaran yang terencana secara tepat.
Juga dapat dilakukan pengawasan dan pendampingan agar proses pelaksanaan
tidak menyimpang dari perencanaan semula.
Dengan pengkajian yang terus menerus dan berkesinambungan akan tercipta
keseimbangan antara kebutuhan organisasi dengan kemampuan yang dimiliki.
Dalam
penyusunan anggaran berbasis kinerja diperlukan indikator kinerja, standar
biaya dan evaluasi kinerja dari setiap program dan jenis kegiatan. Pengukuran kinerja diperlukan untuk menilai
seberapa besar perbedaan (gap) antara kinerja aktual dengan kinerja yang
diharapkan. Dengan diketahui perbedaan
tersebut maka upaya-upaya perbaikan dan peningkatan kinerja dapat dilakukan.
Pada
dasarnya dalam penyusunan rencana apa yang direncanakan merupakan kebutuhan
masyarakat dan jemaat pada umumnya. Disamping juga kebutuhan masyarakat dan
jemaat akan dipenuhi dari setiap program yang telah direncanakan, hal ini akan
menjadi lebih baik bila ketika program tersebut didukung dengan anggaran yang
disediakan untuk dapat menjawab setiap kebutuhan.
Rencana
Kegiatan dan Anggaran
Tahapan
yang perlu menjadi pedoman dalam Penyusunan Rencana Kegiatan Tahunan (RKT)
adalah visi, misi tujuan dan sasaran gereja.
Namun demikian kebutuhan rutin yang telah menjadi prioritas harus tetap
diannggarkan seperti misalnya : biaya hidup pendeta, gaji pegawai gereja, biaya
listrik, telepon dan pemeliharaan yang lainnya.
Proses
penyususnan rencana dimaksud sebagai berikut:
1.
Menginventarisasi usulan rencana dan
kegiatan serta masukan-masukannya
2.
Menyusun rencana masing-masing bidang
pelayanan yang mengacu pada visi,misi, tujuan dan sasaran
3.
Mengadakan koordinasi dan sinkronisasi
secara terpadu untuk menghindari tumpang tindih program kegiatan.
4.
Rencana kerja, kegiatan dan anggaran
harus berdasarkan keputusan bersama dan skala prioritas bagi setiap bidang
pelayanan untuk menciptakan efisiensi.
5.
Penyusunan konsep rencana untuk
pembahasan bersama dengan masing-masing kepala bidang pelayanan untuk memperoleh pengesahan secara
terbuka. Setiap usulan kegiatan harus
disertai dengan proposal seperlunya sesuai dengan bidang pelayanan dengan
perencanaan anggaran berbasis kinerja.
6.
Program dan kegiatan lanjutan masih
menjadi prioritas sebatas menyelesaikan tanggung jawab yang belum
terselesaikan.
7.
Persetujuan Rencana Kerja yang telah
disepakati selanjyutnya ditetapkan sebagai kegiatan tahunan yang harus
disosialisasikan kepada jemaat/masyarakat.
Penetapan
Anggaran
Dalam
menetapkan anggaran berbasis kinerja harus memperhatikan alokasi anggaran
secara tepat berdasarkan kebutuhan prioritas dimana kebutuhan dasar organisasi
harus dipenuhi terlebih dahulu, selanjutnya memikirkan alokasi anggaran bagi
kebutuhan penunjang.
Kebutuhan pokok
organisasi seperti : biaya hidup pendeta atau gembala Sidang, pelayan, gaji
pegawai, honor tidak tetap, biaya listrik, air, telepon biaya perawatan dan
pemeliharaan kantor, sarana dan prasarana lainnya. Sedang kegiatan penunjang adalah seperti
kegiatan-kegiatan yang diprogramkan oleh masing-masing bidang baik secara
prioritas maupun kegiatan-kegiatan yang sudah disetujui dalam rencana kerja
tahunan.
BAB
IV
PENUTUP
Manajemen keuangan gereja adalah
salah satu alat untuk mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran gereja. Sebagai alat manajemen keuangan gereja
haruslah dibangun sesuai dengan kebutuhan gereja. Bangunan manajemen yang tidak sesuai dengan
kebutuhan gereja akan membuat alat manajemen itu tidak dapat dipergunakan untuk
mencapai tujuannya atau setidaknya menyebabkan kinerja gereja tidak optimal.
Manajemen gereja merupakan seni
mengelola gereja yang membutuhkan kreativitas disamping kepekaan rasa dalam
menjalankannya. Penting untuk selalu
menyadari bahwa penyelenggaraan manajemen keuangan gereja selalu ada ketegangan
antara “proses” dan “hasil”. Keduanya
harus diperhatikan agar pelayanan ini memberikan manfaat dan sukacita bagi
semua.
[1]
Sumartono, Penerapan toeri sistim untuk gereja, 1999
[2] Pdt. Andreas Untung Wiyono,
S.Th.., D.Min., Drs Sukardi. M.Si., Manajemen Gereja Dasar teologis dan
Implementasi Praktisnya, Bandung: Bina Media Informasi, 2010. Halaman 133.
[3] Edgar Walz, Bagaimana
Mengelola Gereja Anda, Jakarta: BPK Gunung Mulia,2004. Halaman 114-118
Mohon ijin yah pak untuk mengutip beberapa point untuk di jadikan bagian referensi pembinaan untuk di Gereja kami. Tks. Gbu
BalasHapusMohon ijin di copas pak, siapa tau cocok diterapkan dan dijadikan referensi untuk pembinaan digereja kami juga.
BalasHapusSangan menginspirasi... Syalom...
BalasHapusSangan menginspirasi... Syalom...
BalasHapusSangat membantu dalam pengelolaan geraja kami, horas.
BalasHapusSlots Casino - JT Hub
BalasHapusFree Online Slots Casino 창원 출장안마 in JT Hub. 천안 출장마사지 Play & 인천광역 출장마사지 Win Slot Machine Games & Huge 인천광역 출장안마 Welcome Bonuses - No Download or Registration Required! Rating: 3.8 충주 출장안마 · 6 reviews